bayyinaat

Published time: 17 ,April ,2018      15:35:33
Berita ID: 114

Bi’tsah atau mab’ats berasal dari bahasa Arab yang artinya membangkitkan, mengutus, dan menghidupkan. Menurut istilah artinya bahwa Allah swt memilih dan mengangkat seseorang dari kalangan manusia untuk menyeru mereka kepada jalan kebenaran.

Dalam ayat-ayat Alquran dan riwayat-riwayat Ahlul Bait a.s. dijelaskan bahwa Allah swt mengutus para nabi pada zaman-zaman yang tepat untuk memberikan petunjuk kepada umat manusia. Oleh karena itu, tidak ada suatu kaum yang dibiarkan tanpa ada seorang pembimbing yang diutus dari sisi Tuhan.

Hari Besar Mab’ats

Hari mab’ats menurut kepercayaan Islam adalah hari ketika Nabi Muhammad saw. dipilih dan diangkat menjadi nabi. Kaum Muslimin meyakini bahwa Nabi Muhammad saw. diangkat menjadi nabi di gua Hira’ oleh Jibril yang turun dari sisi Allah swt. Beliau saw. menerima perintah untuk membersihkan penyekutuan Tuhan dan penyembahan berhala dari muka bumi, menyebarkan tauhid dan menyampaikan pesan Ilahi kepada umat manusia.

Saat itu Nabi saw. berusia 40 tahun dan hidup di kota Makkah. Beliau mengemban misi risalah dan kenabian selama 23 tahun lamanya.

Bi’tsah Menurut Syiah

Menurut keyakinan kaum Syiah, Nabi Muhammad saw. diutus menjadi nabi pada tanggal 27 Rajab, tahun Gajah atau 13 tahun sebelum Hijrah. Para pengikut Syiah memperingati dan merayakan hari tersebut. Bahkan dalam beberapa riwayat disebutkan amalan-amalan yang disunnahkan pada hari itu, seperti doa, shalat, mandi.

Bi’tsah Menurut Ahlu Sunnah

Menurut keyakinan Ahlu Sunnah, bi’tsah Nabi saw. tidak diketahui tanggalnya secara persis; namun sebagian meyakini bahwa peristiwa itu terjadi pada malam 21 Ramadhan (ada juga yang meyakini terjadi pada malam 17, malam 18, malam 19, dan malam 20 Ramadhan).

Pendek kata, karena tiada kejelasan tanggal, bi’tsah tidak diperingati di kalangan Ahlu Sunnah.

Kemuliaan Malam Bi’tsah

Dalam kitab Misbah Al-Mutahajjid disebutkan, "Imam Jawad a.s. berkata, "Di bulan Rajab terdapat satu malam yang lebih baik dari dunia; yaitu malam 27 ketika Nabi saw. diutus mengemban risalah dan kenabian. Apabila salah seorang dari pengikut kami melakukan beberapa amalan pada malam itu, pahalanya sama seperti pahala melakukan amal 60 tahun.””

Mab’ats Dan Persatuan Umat Islam

Alquran menyerukan persatuan dan mengajak seluruh kaum Muslimin untuk berpegang teguh kepada tali Allah dan menghindarkan perpecahan:

"وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا

"Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali Allah, dan janganlah kalian bercerai berai.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 103)

Apabila seluruh umat Islam bersatu padu, musuh tidak akan mampu menghantam dunia Islam. Oleh karena itu, dengan meneladani sirah Rasulullah saw., kaum Muslimin di dunia hari ini harus menjauhkan diri dari perpecahan dan berusaha untuk menyebarluaskan persatuan dan agama Rasulullah saw.

Dengan diutusnya Nabi saw., keadilan tersebar diberbagai tempat. Kaum wanita yang pada zaman jahiliah sebelum Islam menjadi obyek kezaliman, memiliki kedudukan special setelah kedatangan Islam.

Nabi Muhammad saw. menjelaskan tujuan beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Beliau saw. dengan kepribadian yang agung mampu menunjukkan kemuliaan akhlak dalam bingkai Islam kepada seluruh dunia. Beliau saw. juga mampu menyatakan bahwa Islam adalah agama perdamaian, kasih sayang dan mengandung keutamaan akhlak.

Jalan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat adalah meneladani sirah Nabi saw. Dengan menerapkan dan menjalankan akhlak mulia dalam kehidupan, akan terpampang jalan menuju kepada kebahagiaan dan tidak terbelenggu berbagai permasalahan.

Tujuan utama bi’tsah Nabi saw. dan seluruh nabi adalah petunjuk dan tazkiah nafs yang menjadi landasan hidayah masyarakat dan penghalang dari kesesatan. Bi’tsah Nabi saw. lebih ditekankan karena beliau membawa misi terakhir menyempurnakan agama Allah untuk segala masa dan zaman di seluruh penjuru dunia.

Mab’ats dan Mi’raj Salah Satu Persamaan Ahlu Sunnah dan Syiah

Menurut riwayat-riwayat Syiah, Nabi saw. diutus menjadi nabi pada 27 Rajab, dan riwayat-riwayat Ahlu Sunnah menyebutkan tanggal tersebut sebagai hari Mi’raj Nabi saw. Mab’ats artinya mengutus dan menerima pesan Ilahi. Menurut riwayat-riwayat Ahlu Sunnah juga bahwa Nabi saw. pada malam Mi’raj menerima banyak pesan Ilahi yang terpenting di antaranya adalah shalat harian dan…

Apabila tidak ada Mi’raj dan bi’tsah Nabi saw. manusia berada dalam kegelapan, kejahilan dan kekufuran. Penghambaan adalah pengantar untuk terbang mi’raj dan meskipun manusia berhasil mi’raj, ia tetap menjadi hamba. Penghambaan menjadi kebanggaan Nabi saw. dan pintu mendapatkan pancaran anugerah Ilahi.

Persatuan dan kesatuan akan menjadi kedaulatan, martabat, dan kemuliaan kaum Muslimin di hadapan kekafiran, kemunafikan dan perselisihan. Bila Alquran dan Nabi saw. dijadikan sebagai dasar persatuan, tidak akan ada satu kekuatan di dunia dapat menghadapi kaum Muslimin. Keberadaan Nabi saw. adalah faktor terbesar yang menciptakan dan menguatkan persatuan sepanjang masa, karena kaum Muslimin meyakini keberadaan beliau saw.

Menurut Imam Ali Khamenei, selama kaum Muslimin menjaga persatuan dan menghindari perpecahan, akan terbuka lahan untuk resistensi kolektif menghadapi penindasan dan pembelaan kemaslahatan dan hak-hak dunia Islam yang terinjak-injak.

Maka dengan persatuan dan kesatuan umat Islam, konspirasi musuh dapat dipatahkan. Bila negara-negara Islam dan ulama kaum Muslimin sadar diri dan menjauhi perpecahan yang menurut Imam Khamenei sebagai racun mematikan, umat Islam dengan mudah dapat mengatasi muslihat musuh yang selalu berusaha menciptakan perpecahan di tengah-tengah kaum Muslimin dengan berbagai cara.

Sumber:

- http://ido.ir/pages/?id=242903

- https://www.sunni-j.com/1396/02986

komentar Pemirsa
Nama:
Email:
* Pendapat: