bayyinaat

Published time: 16 ,August ,2018      15:51:25
Bagian Kedua (tamat)
Adapun bacaan ziarah Sayidah Maksumah, sebagaimana bacaan-bacaan ziarah para imam, berasal dari ungkapan-ungkapan suci para maksum dan termasuk bagian dari hadis.
Berita ID: 127

Berbagai Keutamaan Fatimah Maksumah a.s. Yang Belum Banyak Diketahui

8- Doa Ziarah dari Maksum

Membaca ziarah termasuk adab dan norma masuk ke makam imam maksum atau keturunannya. Bacaan ziarah para maksum berasal dari mereka sendiri. Artinya, para imam mengajarkan tata cara berziarah kepada para Syiah. Oleh karena itu, bacaan ziarah termasuk bagian dari hadis. Namun biasanya bacaan ziarah keturunan mereka tidak berasal dari maksum, akan tetapi berupa bacaan yang disusun oleh ulama dan tokoh dengan menyadur dari hadis. Maka bacaan Al-Fatihah sangat dianjurkan untuk keturunan imam.

Adapun bacaan ziarah Sayidah Maksumah, sebagaimana bacaan-bacaan ziarah para imam, berasal dari ungkapan-ungkapan suci para maksum dan termasuk bagian dari hadis. Dua bacaan ziarah untuk Sayidah Maksumah diriwayatkan dari Imam Ridha a.s. Hal ini menunjukkan keagungan kedudukan beliau. Mengingat bahwa ucapan-ucapan dan kata-kata yang dijelaskan oleh para imam maksum jauh dari melebih-lebihkan atau bahkan jauh dari kesalahan, maka keagungan Sayidah Maksumah tampak jelas dari ungkapan-ungkapan yang disebutkan dalam dua ziarah tersebut.

* Dalam salah satu dari dua bacaan ziarah tersebut, Imam Ridha a.s. memberikan 8 gelar kepada Sayidah Maksumah. Singkatnya, beliau memiliki berbagai gelar seperti Az-Zahra a.s.:

"السلام علیک ایتها الطاهرة الحمیدة البَرّةُ الرشیدةُ التقیة النقیة الرضیة المرضیة."[1]

1. Thahirah: Yang mencapai tingkat kesucian batin dan jauh dari dosa.

2. Hamidah: Yang senantiasa memuji Allah.

3. Barrah: Yang berbuat banyak kebaikan.

4. Rasyidah: Yang mencapai kesempurnaan rasional dan spiritual.

5. Taqiyyah: Yang menggapai derajat ketakwaan dan kedekatan Ilahi.

6. Naqiyyah: Yang bersih dan terpilih.

7. Radhiyyah: Yang mencapai tingkat ridha Ilahi dan memiliki keridhaan penuh terhadap (segala ketentuan) Allah.

8. Mardhiyyah: Yang diridhai Allah.

Kesamaan ziarah Sayidah Maksumah dengan Imam Ridha a.s.

* Berdasarkan bacaan ziarah yang disebutkan dari Imam Ridha a.s., berziarah kepada Sayidah Maksumah sama dengan berziarah kepada seluruh nabi Ulul Azmi (Adam, Nuh, Musa, Isa, dan Muhammad saw.) dan menziarahi seluruh 14 maksum, artinya dalam ziarah tersebut, semuanya diziarahi. Yang menarik bahwa 14 maksum tersebut diziarahi dalam bentuk mukhatab hadhir di makam Sayidah Maksumah: "السلام عليك...” (Salam atasmu, wahai…). Seakan-akan mereka semua hadir di haram beliau dan menjadikan haram tersebut sebagai haram Ahlulbait a.s.

Imam Ridha a.s. berkata, "من زار المعصومةَ بقُم کمَن زارَنی”; "Barangsiapa menziarahi (Fatimah) Maksumah di Qom, sama seperti menziarahiku.”[2]

Sebagian keutamaan berziarah kepada Imam Ridha a.s.:

1- Nabi saw. bersabda: Allah swt mewajibkan surga bagi penziarah Imam Ridha a.s. dan mengharamkan badannya dari api neraka.

2- Allah swt melenyapkan kesedihannya.

3- Setiap pendosa yang menziarahi beliau a.s., Allah akan mengampuni dosa-dosanya (menziarahi beliau seperti bertaubat).

4- Pahala ziarah Imam Ridha a.s. seperti 70 ribu haji maqbul.

5- Penziarah beliau seperti orang yang berziarah (bermunajat) kepada Allah di arasy.

6- Penziarah beliau seperti orang yang menziarahi Nabi saw. di Madinah.

7- Barangsiapa menziarahi Imam Ridha a.s., beliau akan menziarahinya dalam tiga kesempatan: Ketika catatan amal diberikan kepada manusia, di sisi shirath, di sisi timbangan amal.

8- Ziarah Imam Ridha a.s. lebih utama dari ziarah seluruh Ahlulbait.

Tentunya kedudukan Sayidah Maksumah yang sesungguhnya masih tersembunyi dari kita, namun cukup ucapan Imam Ridha a.s. dalam bacaan ziarah berikut ini sebagai bukti kemuliaan dan keagungan beliau:

"فانَّ لکِ عنداللَّه شَأناً مِنَ الشأن."

"Sesungguhnya engkau memiliki anugerah kedudukan Ilahi yang tinggi di sisi Allah.”

Beberapa Catatan Penting

* Makam Sayidah Maksumah

Kubur Sayidah Maksumah terletak di bawah bangunan makam saat ini, yaitu di dalam ruang bawah tanah. Dalam ruang bawah tanah tersebut, selain beliau juga dimakamkan beberapa wanita mulia lainnya sebagai berikut:

a) Zainab, putri Imam Jawad;

b) Ummu Muhammad, cucu Imam Jawad (putri Imam Musa Al-Kazhim);

c) Maimunah, cucu Imam Jawad (putri Imam Musa Al-Kazhim);

d) Buraihiyah, cucu Imam Jawad (putri Imam Musa Al-Kazhim);

e) Ummu Ishak, budak Muhammad bin Musa cucu Imam Jawad;

f) Ummu Habib, budak salah seorang keturunan Imam Jawad (putra cucu Imam Jawad – Muhammad bin Ahmad bin Musa Al-Jawad).[3]

Maka alangkah baiknya saat berziarah ke beliau, juga menziarahi keturunan Nabi yang lainnya dengan mengucapkan: "السلام علیکنّ یا بناتَ رسول اللَّه” atau "السلام علی رسول اللَّه و علی ذریة رسول اللَّه”.

Naungan (bangunan) pertama makam Sayidah Maksumah didirikan oleh Keluarga Asy’ari. Masa demi masa, halaman makam menjadi lebih luas hingga sampai pada era dinasti Safawiyah, perluasan haram mencapai puncaknya dan haram yang ada saat ini berasal dari pengaruh masa itu.

* Sirah ulama agung

Ayatullah Mar’asyi Najafi selama 60 tahun tinggal di Qom, setiap waktu fajar menjelang subuh selalu menjadi orang pertama yang menziarahi Sayidah Maksumah. Sebelum subuh, selama beberapa tahun lamanya, baik malam-malam musim dingin yang panjang atau malam-malam musim panas yang pendek, beliau selalu berdiri di belakang pintu haram sehingga bila pintu terbuka beliau menjadi penziarah pertama yang masuk.

Allamah Thaba’thabai, meski telah berusia lanjut saat itu, setiap sore menjelang matahari tenggelam selalu datang ke haram Sayidah Maksumah dengan berjalan kaki. Beliau mendahului buka puasa dengan mencium makam suci Sayidah Maksumah, setelah itu kembali ke rumah dan menyantap makanan.[4]

Di masa Ayatullah Burujurdi yang saat itu memangku jabatan marja’ umum, Raja Saudi Arabia berkunjung ke Iran. Melalui duta besar Saudi diajukan permohonan untuk bertemu dengan beliau. Ayatullah Burujurdi tidak memberikan izin. Orang-orang di sekeliling beliau memprotes sambil mengatakan bahwa sebaiknya beliau memberikan izin bertemu. Beliau menjawab, "Ia adalah seorang wahabi, bila berkunjung ke Qom, ia tidak akan pergi berziarah ke Sayidah Maksumah. Ini, meskipun tidak secara langsung, merupakan sebuah penghinaan terhadap kedudukan suci Sayidah Maksumah.[5]

Mulla Sadra, filsuf dan teolog penulis kita Al-Asfar Al-Arba’ah beberapa waktu tinggal di sebuah desa di wilayah Qom bernama Kahak. Di saat itulah beliau melakukan penelitian dan penulisan kitab. Dinukil dari beliau: Setiap kali saya menghadapi sebuah permasalahan ilmiah yang tidak dapat terpecahkan, saya selalu keluar dari Kahak menuju Qom, datang ke Haram Sayidah Maksumah. Dengan bertawasul kepada beliau, permasalahan saya dapat terselesaikan.[6]

* Sebuah Kenangan Manis

Suatu hari aku[7] menghadapi berbagai permasalahan, di antaranya aku ingin menikahkan putriku, namun aku tidak punya apa-apa untuk persiapan kebutuhan pernikahannya. Lalu aku pergi ke haram Sayidah Maksumah. Dengan sedih dan berkaca-kaca aku mengadu, "Wahai junjunganku, Sayidah Maksumah! Kenapa Anda tidak memberikan perhatian kepada kehidupanku? Bagaimana aku harus mempersiapkan segala sesuatunya untuk pernikahan putriku?”

Aku kembali ke rumah sambil tenggelam dalam kesedihan. Pada saat itu, aku seperti terhanyut dalam sebuah mukasyafah. Aku mendengar ketukan pintu. Aku membukanya dan melihat seseorang berdiri di depan pintu sambil berkata, Sayidah Maksumah menghendaki Anda. Segera aku pergi ke haram.

Saat memasuki halaman pemakaman, aku melihat beberapa orang sedang membersihkan beranda emas. Aku menanyakan alasan dibersihkannya. Mereka menjawab bahwa Sayidah Maksumah saat ini akan tiba. Tidak lama berselang, Sayidah Maksumah datang dengan perilaku seperti bunda Zahra yang sebelumnya telah 3 kali aku melihat beliau dalam mimpi. Aku menghampiri Sayidah Maksumah dan mencium tangan beliau. Beliau berkata kepadaku, "Wahai Syihab! Kapan kami tidak memikirkanmu sehingga kamu mengeluh terhadap kami? Sejak engkau datang ke Qom, engkau selalu dalam perhatian kami.”

Saat itu juga aku tersadar dan segera aku pergi ke haram untuk menyampaikan permohonan maaf dan ampunan. Setelah itu, hajatku terkabulkan dan kebutuhan hidupku terpenuhi.”[8]

Kata kunci: Sayidah Maksumah, Fatimah Maksumah, Karimah Ahlulbait.

Sumber:

https://hawzah.net/



[1] Bihar Al-Anwar, jilid 102, halaman 266.

[2] Rayahin Asy-Syari’ah, jilid 5, halaman 35.

[3] Bihar Al-Anwar, jilid 60, halaman 220 – 229; Muntaha Al-Amal, jilid 2, halaman 162.

[4] Majalah Peyam-e Enghelab, edisi 123, halaman 273.

[5] Hazrat-e Maksumeh, Chesyme-ye Jusyan-e Kaosar, Muhammad Muhammadi Isytahardi.

[6] Fawaid Ar-Razaviyeh, halaman 380; Hasyiye-ye Asfar, Mirza Ali Akbar Hakami Yazdi, Pembahasan Ettehad-e Aqel va Ma’qul.

[7] Sayed Syihabuddin Mar’asyi Najafi.

[8] Bar Satigh-e Nur, halaman 79, menukil dari "Hazrat-e Maksumeh, Chesyme-ye Jusyan-e Kaosar, Muhammad Muhammadi Isytahardi.

komentar Pemirsa
Nama:
Email:
* Pendapat: