bayyinaat

Published time: 27 ,August ,2018      13:10:25
Bagian Pertama:
Hadis Ghadir merupakan salah satu dalil yang sangat jelas akan wilayah dan kekhilafahan langsung Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as setelah Rasulullah saw dimana para peneliti mempunyai atensi khusus dalam masalah ini.
Berita ID: 129



Sekapursirih

Kita sering mendengar nama "Ghadir Khum”, sebuah tempat yang terlentak antara Mekah dan Madinah, dekat dengan Juhfah, sekitar 200 km dari Mekah dan merupakan perempatan jalan, dimana para jemaah haji dari tanah air yang beraneka ragam dapat berpisah disana:

- Jalan menuju ke Madinah, di sebelah Selatan.

- Jalan menuju ke Irak, di sebelah Timur.

- Jalan menuju Mesir, di sebelah Barat.

- Dan jalan ke arah Yaman, di sebelah Utara.

Sekarang, tempat ini menjadi sebuah tempat yang ditinggalkan; namun suatu hari tempat ini pernah menjadi saksi salah satu peristiwa penting sejarah Islam dan itu adalah hari pengangkatan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as sebagai pengganti Rasul saw (pada hari ke 18 Dzulhijjah tahun 10 H).

Meskipun para khalifah - dikarenakan politik - berusaha menghapus peristiwa penting bersejarah ini dari para pengamat dan sekarang juga sebagian dari orang-orang fanatisme dikarenakan alasan-alasan tersendiri, berusaha untuk membuang atau memudarkan warnanya, namun dimensi peristiwa ini sangatlah luas baik dalam sejarah, hadis dan sastra Arab sehingga tidak bisa ditutupi, dipungkiri ataupun dihapus.

Hadis Ghadir merupakan salah satu dalil yang sangat jelas akan wilayah dan kekhilafahan langsung Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as setelah Rasulullah saw dimana para peneliti mempunyai atensi khusus dalam masalah ini.

Kita akan menjumpai bukti dan referensi dan sumber-sumber dalam masalah ini dimana sangat mengejutkan sekali dan akan menanyakan kepada diri Engkau: sebuah masalah yang memiliki dalil-dalil dan sumber semacam ini, bagaimana bisa tidak dipedulikan dan tertutupi?

Namun sangat disayangkan terdapat orang-orang yang bimbang dan ragu akan kewilayahan beliau. Terkadang mereka menerima sanad hadis tersebut, namun mereka meragukan akan isyarat (makna) hadisnya dan terkadang secara bodoh mempertanyakan sanad hadis tersebut.

Dan semoga kajian logis ini dan rujukan-rujukan yang diambil dari saudara kita Ahlusunah merupakan wasilah dan sarana untuk mendekatan barisan-barisan kaum Muslimin dunia, terutama untuk para kawula muda.

Untuk memperjelas beragam dimensi hadis ini, sekiranya perlu kami tuturkan dua tema dengan menyebutkan rujukan yang terpercaya dan kredibel:

Mencermati Kembali Ghadir

Haji Wada’ (Haji Perpisahan) pada bulan akhir tahun 10 H telah usai. Kaum muslimin telah belajar amalan-amalan haji dari Rasulullah saw dan seketika itu beliau hendak meninggalkan Mekah dan menuju ke Madinah.

Dikeluarkanlah perintah untuk bergerak, saat rombongan sampai di tempat Rabigh[1] yang terletak sekitar 3 mil dari Juhfah[2], malaikat Jibril as turun di salah satu tempat bernama Ghadir Khum dan Jibril as menyampaikan sebuah ayat kepada beliau sebagai berikut:

يا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ ما أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَ إِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَما بَلَّغْتَ رِسالَتَهُ وَ اللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ...

"Hai Rasul (saw)! Sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia…”.[3]

Nada ayat ini mengisahkan dan menunjukkan bahwasanya Allah swt memerintahkan penunaian suatu perkara yang sangat penting kepada beliau saw, dimana sejajar dan setaraf dengan risalah dan merupakan penyebab keputusasaan para musuh-musuh Islam. Adakah perkara yang lebih penting dan agung lagi dimana di hadapan lebih dari 100.000 orang, selain pengangkatan khilafah dan washi serta pengganti Amirul Mukminin Ali (as)?!!

Dengan berdasarkan ini, maka dikeluarkanlah perintah untuk berhenti. Orang-orang yang berada di depan rombongan supaya berhenti dan dilarang untuk melanjutkan perjalanan dan mereka yang masih berada di belakang yang mengikuti rombongan supaya bergabung dengan mereka. Waktu Zhuhur, cuaca sangat membakar dan sangat terik sekali sampai-sampai terdapat sekelompok orang yang menaruhkan rida’ (serban) di atas kepalanya dan sebagian lainnya di kakinya. Dan dibuatkan sebuah tirai untuk Rasul saw dan beliau berada di sebuah ketinggian yang terbuat dari peralatan-peralatan onta dan dengan suara lantang beliau berkhotbah. Dan ringkasan dari khotbah tersebut adalah sebagai berikut:

Khotbah Rasulullah saw di Ghadir Khum

Sanjungan dan pujian hanya khusus untuk Allah. Dari-Nya kami meminta pertolongan dan kami beriman kepada-Nya dan bertawakal kepada-Nya. Dan kami berlindung kepada-Nya dari segala keburukan dan amal-amal yang tidak pantas. Tidak ada pemberi petunjuk dan pemberi hidayah kecuali Dia. Dan barang siapa yang telah diberi petunjuk, maka tidak akan ada kesesatan lagi baginya. Saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan kecuali Dia dan Muhammad saw adalah hamba dan Rasul-Nya.

Ketahuilah wahai manusia! Sebentar lagi saya akan memenuhi seruan Tuhan dan saya akan pergi dari tengah-tengah kalian. Saya bertanggung jawab dan kalian juga bertanggung jawab.

Lalu beliau berkata:

"Apa yang kalian pikirkan tentang diri saya…?! (apakah saya sudah melaksanakan kewajiban saya di hadapan kalian?)”

Seketika itu suara orang-orang membenarkan perkataan Rasul saw dan mereka mengatakan: "Kami bersaksi bahwa engkau telah melaksanakan risalahmu dan engkau telah berusaha, Allah akan memberikan balasan yang baik kepadamu.”

Rasul saw bersabda: Apakah kalian memberikan kesaksian bahwasanya sesembahan alam adalah satu dan Muhammad saw adalah hamba dan rasul-Nya, dan …

Mereka menjawab, "Iya, benar, kami memberikan kesaksian.”

Lalu beliau bersabda: Wahai Manusia! Aku meninggalkan dua perkara yang sangat berharga di tengah-tengah kalian. Aku ingin melihat apa yang akan kalian lakukan kepada dua hal ini setelahku?!

Pada waktu itu salah satu dari mereka berdiri dan dengan suara lantang berkata: Apa yang engkau maksudkan dari dua perkara yang berharga tersebut?!

Rasul saw bersabda: Yang pertama adalah Kitab Allah yang mana satu arahnya berada dalam Qudrah Tuhan dan satu arah lagi berada di tangan kalian dan yang kedua adalah itrah dan Ahlul Baitku; Allah swt memberitahukan kepada saya bahwasanya kedua-duanya ini tidak akan berpisah!

Ketahuilah wahai manusia! Janganlah kalian mendahului Alquran dan itrahku dan janganlah lambat dalam menjalakan perintah dua hal tersebut dimana kalian akan binasa!

Maka seketika itu, Rasul saw mengambil tangan Ali as dan mengangkatnya tinggi-tinggi sampai-sampai tampak warna putih di bawah ketiak beliau di hadapan para hadirin dan Rasul saw memperkenalkan beliau kepada hadirin.

Lalu beliau bersabda: Siapakah yang lebih utama dari mukminin atas dirinya?

Mereka menjawab: "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu”

Rasul saw bersabda: "Allah adalah maulaku dan aku adalah maulanya, orang-orang mukmin dan aku lebih utama dari mereka dan lebih pantas dari diri mereka! Ketahuilah wahai manusia!

من کنت مولاه فهذا علیّ مولاه[4] الّلهمّ وال من والاه و عاد من عاده و احبَّ من أحبّه و ابغض من أبغضه و انصر من نصره و اخرل من خذله وادر الحقّ معه حیث دار.

"Barang siapa yang aku adalah sebagai maulanya maka Ali as adalah maulanya. Ya Allah! Cintailah orang yang mencintai Ali as dan dan musuhilah orang yang memusihi Ali as. Ya Allah! Tolonglah mereka yang menolong Ali as dan hinakanlah orang yang menghinakannya dan jadikanlah kebanaran itu berputar pada dirinya[5].

Dalam khotbah di atas[6], jika kita cermati dengan seksama, maka akan nampak sangat jelas dalil hidup akan keimamahan Amirul Mukminin Ali as.

Kelanggengan Ghadir Khum

Irodah Allah swt menghendaki agar peristiwa sejarah Ghadir dalam setiap masa berbentuk sebuah sejarah yang hidup yang mana hati-hati dan jiwa-jiwa tertarik ke sana dan para penulis Islam di setiap masa dan zaman dalam kitab tafsir, sejarah dan hadis serta teolog membicarakan akan hal tersebut dan para pembicara mazhab dalam majelis tausiah dan khotbahnya berbicara tentang hal tersebut dan itu merupakan fadilah dan keutamaan untuk Amirul Mukminin Ali as yang mana tidak dapat dipungkiri lagi.

Tidak hanya para orator dan para pembicara, bahkan para pujangga pun mendapatkan ilham dari peristiwa ini dan dan insting sastranya dihasilkan dari pemikiran akan peristiwa ini dan mereka menyenandungkan syair-syair dengan bentuk yang sangat bagus sekali dengan bentuk yang bermacam-macam serta dengan bahasa yang beraneka ragam.

Dengan kata lain, jarang sekali ada peristiwa sejarah dalam Islam, seperti peristiwa Ghadir, dimana menjadi perhatian seluruh tingkatan yang beraneka ragam, baik dari para ahli hadis, ahli tafsir, ahli teolog, filosof, orator dan para khatib serta para sejarawan.

Salah satu rahasia kelaggengan dan keabadian peristiwa ini adalah turunnya dua ayat[7] dari ayat-ayat Alquran berkenaan dengan peristiwa ini. Selama Alquran abadi dan langgeng maka peristiwa bersejarah ini juga akan kekal dan tidak akan terhapuskan dari ingatan.

Poin penting yang sangat menarik sekali adalah, ketika merujuk pada sejarah, dapat diketahui dengan baik bahwasanya tanggal 18 Dzulhijjah, di kalangan kaum muslimin, dikenal dengan hari raya Ghadir (id Ghadir), sampai dimana Ibnu Khalkan berkenaan dengan Al-Musta’la bin Al-Muntashir mengatakan: "Pada tahun 487 pada hari Ghadir Khum yaitu hari ke 18 Dzulhijjah, masyarakat berbaiat kepadanya[8].” Dan berkenaan dengan Al-Muntashir Billah, Al-Abidi menulis: "Dia pada tahun 487, 12 malam akhir dari bulan Dzulhijjah, meninggal dunia, dan malam ini, yaitu malam ke 18 Dzulhijjah adalah malam id Ghadir[9].”

Dan yang lebih menarik lagi adalah Abu Raihan al-Biruni dalam kitab al-Atsar al-Baqiyyah, bahwasanya Id Ghadir adalah salah satu id yang mana semua kaum muslimin merayakannya[10].

Tidak hanya Ibnu Khalkan dan Abu Raihan yang menamakan hari ini sebagai hari raya (id), bahkan Tsa’alibi, salah satu ulama dan cendekiawan Ahlusunah, juga menganggap malam Ghadir Khum adalah malam-malam yang terkenal di tengah-tengah kaum muslimin[11].

Pokok dan asas hari raya Islam ini kembali pada masanya Rasulullah saw. Karena para hari itu, beliau saw memerintahkan kaum Muhajirin dan Anshar, bahkan kepada istri-istri beliau supaya mendatangi Ali (as) dan, dikarenakan wilayah dan imamah, memberikan selamat kepadanya.

Zaid bin Arqam mengatakan: "Dari kalangan Muhajir, Abu Bakar, Umar, Ustman, Thalhah dan Zubair termasuk orang-orang yang pertama kali menghulurkan tangannya kepada Ali (as) guna berbaiat dan acara tabrik (ucapan selamat) dan baiat berlangsung sampai maghrib[12].

110 Perawi Hadis

Terkait pentingnya peristiwa ini, maka sekiranya cukuplah dengan ukuran dimana peristiwa sejarah ini diriwayatkan oleh 110 orang dari kalangan sahabat Rasul saw[13].

Perlu diketahui, jumlah ini bukan berarti bahwasanya dari sekian banyak orang hanya orang-orang ini saja yang menukilkan peristiwa ini, akan tatapi maksudnya adalah hanya 110 orang ini saja yang dapat diketahui dan dilihat dalam kitab-kitab Ahlusunah.

Di abad ke 2 dimana disebut dengan masa Tabi’in terdapat 82 orang dari kalangan mereka yang menukilkan hadis ini.

Para perawi hadis Ghadir, pada masa setelahnya juga berasal dari ulama dan cendekiawan Ahlusunah. 360 orang dari mereka mengumpulkan hadis ini dalam kitab-kitab mereka dan sekelompok yang banyak mengakui akan keabsahan dan kemantapan sanad hadis riwayat ini.

Sekelompok dari mereka tidak merasa cukup hanya dengan menukilkan hadis ini, bahkan berkenaan dengan sanad dan kandungan hadis tersebut, mereka menuliskan dalam kitab-kitab tersendiri.

Yang lebih menarik lagi adalah sejarawan besar Islam, Thabari, menulis sebuah kitab bernama "Al-Wilayah fi Turuqi Hadis al-Ghadir” dan hadis ini dinukilkan dari Rasulullah saw dengan 75 sanad!

Ibn Uqdah, dalam risalah "wilayat” hadis ini dinukilkan dari 105 orang.

Abu Bakar Muhammad al-Baghdadi, yang terkenal dengan Jam’ani hadis ini dinukil dari 25 sanad.



[1]- Rabigh, sekarang ini juga berada diantara Mekah dan Madinah.

[2]- Salah satu miqot Ihram dan zaman dahulu merupakan jalan perpisahan penduduk Madinah, Mesir dan Irak

[3]- QS. Al-Maidah: 67.

[4]- Supaya lebih melekat dalam benak yang ada, maka Rasul saw mengulangi jumlah ini sampai tiga kali sehingga untuk berikutnya jangan sampai terjadi kesalahan!

[5]- Ibarat dari hadis Ghadir ini dan terkadang bagian pertamanya dengan tanpa bagian kedua atau terkadang sebaliknya, terdapat dalam musnad-musnad di bawah ini:

Musnad Ibn Hanbal, juz. 1, hlm. 254; Tarikh Dimashq, juz. 42, hlm. 207, 208 dan 448; Khasais Nasa’i, hlm. 181; Al-Mu’jam Al-Kabir, jild. 17, hlm. 39; Sunan At-Turmudzi jild. 5, hlm. 633; Al-Mustadrak Ala-As-Shahihain, jild. 13, hlm. 135; Al-Mu’jam Al-Autsath, jild. 6, hlm. 95; Musnad Abi Ya’la, jild. 1, hlm. 280; Al-Mahasin wa Al-Musawi’i, hlm. 41; Manaqib Kharazmi, hlm. 104, dll.

[6]- Khutbah ini dituturkan oleh kalangan ulama-ulama terkemuka dan mashur Ahlusunah dalam kitab-kitab mereka, diantaranya adalah:

Musnad Ahmad, jild. 1, hlm. 84, 88, 118, 119, 152, 332, 281, 331, dan 380; Sunan Ibn Majah, jild. 1, hlm. 55 dan 58; Al-Mustadrak Al-As-Shahihain, Hakim Nisyaburi, jild. 3, hlm. 118 dan 116; Fathul Bari, jild. 79, hlm. 74; Tarikh Khatib Baghdadi, jild. 8, hlm. 290; Tarikh Al-Khulafa dan Suyuthi, hlm. 114. dll.

[7]- Q.S. Al-Maidah: 67 dan 3.

[8]- Wafayatul A’yan, 1 hlm. 60.

[9]- Ibid., hlm. 223.

[10]- Tarjumah Al-Atsar Al-Baqiyah hlm. 395, al-Ghadir 1 hlm. 267.

[11]- Tsamar Al-Qulub, hlm. 511.

[12]- Peristiwa ucapan selamatnya Umar bin Khattab terdapat dalam sumber-sumber Ahlusunah yang tak terhitung jumlahnya. Diantaranya adalah: Musnad Ahmad Bin Hanbal, Juz. 6, hlm. 401; Al-Bidayah wa Al-Nihayah, jild. 5, hlm. 209, Al-Fushul Al-Muhimmah Ibn Shabagh, hlm. 40; Faraid Al-Simthain, jild, 1. hlm. 71.

Begitu juga dengan ucapan selamatnya Abu Bakar, Umar, Ustman, Thalhah, Zubair dan lain-lainnya disebutkan dalam kitab-kitab Ahlusunah yang beraneka ragam. Diantaranya adalah dalam kitab Al-Manaqib Ali bin Abi Thalib karya Ahmad bin Muhammad Thabari (Al-Ghadir, jild. 1, hlm. 270).

[13] Bukti penting ini akan disebutkan dalam satu tempat.

komentar Pemirsa
Nama:
Email:
* Pendapat: