bayyinaat

Published time: 28 ,February ,2017      23:08:05
Fitri.001324@gmail.com
Keluarga yang baik akan mengantarkan kehidupan yang sempurna bagi seseorang, masyarakat dan bangsa. Dan keluarga adalah masyarakat terkecil dimana laki – laki dan perempuan hidup bersama dalam ikatan pernikahan. Disana mereka berinteraksi, saling berbagi dan melengkapi, tumbuh bersama menyempurna.
Berita ID: 38
Dalam pandangan Islam keluarga memiliki peran dan kedudukan yang sangat tinggi dalam menciptakan kehidupan yang ideal, baik bagi individu maupun sosial masyarakat. Keluarga yang baik akan mengantarkan kehidupan yang sempurna bagi seseorang, masyarakat dan bangsa. Dan sebaliknya keluarga yang buruk akan membawa seseorang, masyarakat dan bangsa ke arah kehancuran. Karena itu setiap muslim harus memberikan perhatian khusus terhadap urusan keluarga.

Keluarga Menyempurnakan Setengah Agama

Manusia diciptakan untuk menjadi sempurna. Allah SWT telah membekali setiap diri manusia dengan berbagai potensi yang bisa menyampaikannya pada kesempurnaan. Dan potensi kesempurnaan ini hanya akan mengaktual saat ia hadir dan hidup dalam lingkungan masyarakat. Dan keluarga adalah masyarakat terkecil dimana laki – laki dan perempuan hidup bersama dalam ikatan pernikahan. Disana mereka berinteraksi, saling berbagi dan melengkapi, tumbuh bersama menyempurna.

Ketaatan adalah jalan menuju kesempurnaan. Orang yang telah menikah berarti ia telah menjaga setengah agamanya.[i] Artinya dengan menikah dan berkeluarga seseorang akan terjaga dari maksiat dan pelanggaran. Dengan itu setengah perjalanan dari ketaatan akan terlewati. Dan untuk menyempurnakan setenganya lagi, ia harus memenuhinya dengan ketakwaan.

مَنْ‏ تَزَوَّجَ‏ أَحْرَزَ نِصْفَ دِينِهِ وَ فِي حَدِيثٍ آخَرَ فَلْيَتَّقِ اللَّهَ فِي النِّصْفِ الْآخَرِ أَوِ الْبَاقِي. [ii]

"Barangsiapa menikah ia telah menjaga setengah agamanya dan di hadis yang lain (disebutkan) maka bertakwalah untuk setengah yang tersisa”.

Hadis tersebut menunjukkan bahwa dengan menikah dan berkeluarga, setengah agama telah sempurna dan untuk melengkapi setengahnya lagi, kita harus menjadikan asas taat dan takwa sebagai landasan gerak rumah tangga. Karena itu Imam Ali As di awal kehidupan barunya bersama Fathimah Sa, beliau meletakkan asas ketaatan ini sebagai pondasi bangunan rumah tangganya. Beliau memposisikan Fathimah Sa bukan sekedar sebagai istri yang memiliki hak dan kewajiban dalam rumah tangga. Akan tetapi beliau memandang Fathimah Sa adalah sebaik – baik teman dan penolong dalam ketaatan kepada Allah SWT. Dan Fathimah Sa pun memandang Ali As sebagai suami terbaik baginya. Artinya keduanya sepakat untuk berjalan bersama dalam ketaatan kepada – Nya. Rasulallah Saw bertanya kepada keduanya saat mengunjungi rumah Ali As setelah malam pertama pernikahannya:

فَسَأَلَ عَلِيّاً كَيْفَ وَجَدْتَ أَهْلَكَ قَالَ نِعْمَ‏ الْعَوْنُ‏ عَلَى‏ طَاعَةِ اللَّهِ‏ وَ سَأَلَ فَاطِمَةَ فَقَالَتْ خَيْرُ بَعْل‏[iii]

"Rasullah Saw bertanya kepada Ali As, Bagaimana engakau mendapati Fathimah?Ali As menjawab; Dia adalah sebaik – baik penolong dalam ketaatan kepada Allah SWT. Dan Rasul Saw pun bertanya kepada Fathimah Sa dan Fathimah menjawab; Dia adalah suami terbaik”.

Kemudian Rasul Saw mendoakan keduanya dan keturunannya supaya menjadi ahli surga. Hadis ini menjelaskan kepada kita bahwa untuk meniti jalan kesempurnaan melalui ketaatan memerlukan teman dan penolong. Dan sebaik–baik penolong adalah keluarga. Tentunya keluarga yang baik yang memiliki tujuan Ilahiyah. Sehingga program hidup yang dirancang dan dijalani bersama akan selalu berada pada orbit ketaatan kepada–Nya. Inilah peranan keluarga sebagai sunnah Rasul Saw yang bisa menghantarkan kita pada kesempurnaan.[iv]

Keluarga Menghadirkan Ketenangan

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan bisa hidup tanpa bermasyarakat. Karena manusia memiliki berbagai kebutuhan yang tidak bisa ia penuhi sendiri. Sebagian besar jawaban dari kebutuhan–kebutuhan dirinya ada pada orang lain. Karena itu ia harus bermasyarakat untuk menjalin hubungan memberi dan menerima agar kebutuhannya tercukupi dengan baik. Dan keluarga adalah masyarakat terkecil tempat manusia berinteraksi, berbagi dan saling melengkapi dan memenuhi kebutuhan masing–masing.

Salah satu kebutuhan asas manusia adalah "ketenangan”. Setiap orang mengharapkan ketenangan dalam hidupnya. Keresahan yang hadir dalam diri manusia dikarenakan "kekurangan” yang harus dipenuhi. Inilah makna gerak manusia; perjalanan potensi menuju aktualisasi.[v] Manusia lahir dengan membawa berbagai potensi, artinya membawa kekurangan yang harus dipenuhi. Dan kekurangan tersebut akan terpenuhi jika ia mengaktual "menjadi”. Selama ia tidak mengaktualkan potensinya, dengan kata lain selama ia tidak mendapatkan jawaban untuk kebutuhan–kebutuhan asasinya, maka selamanya ia akan merasa cemas dan gelisah. Inilah falsafah pernikahan yang dijelaskan dalam al Quran:

وَ مِنْ آياتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْواجاً لِتَسْكُنُوا إِلَيْها وَ جَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَ رَحْمَةً إِنَّ في‏ ذلِكَ لَآياتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ[vi]

"Dan diantar tanda – tanda kekuasaan – Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri – istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya. Dan dijadikan – Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar – benar terdapat tanda – tanda bagi kaum yang berfikir”.

Keluarga Pondasi Masyarakat

Baik dan buruknya sebuah bangsa ditentukan oleh masyarakatnya. Dan baik buruk sebuah masyarakat ditentukan oleh keluarga – keluarga yang mendidikan individu – individu yang ada di dalam setiap keluarga. Karena itu kekuatan sebuah masyarakat tergantung dengan kualitas keluarga yang membentuknya. Disinilah peranan keluarga sebagai pondasi sebuah masyarakat. Karena keluarga adalah sekolah pertama yang akan menentukan kualitas seseorang. Peran keluarga disini tidak terbatas pada pendidikan anak di masa kanak – kanak dan remaja. Akan tetapi jauh sebelum mereka dilahirkan di dunia, keluarga – dalam hal ini orang tua – telah mengambil peran dalam pembentukan karakter, kecendrungan, dan bahkan keselamatan atau kesengsaraan seorang anak.[vii] Karena itu orang tua harus memperhatikan apa yang dimakan, apa yang di dengar dan dilihat serta adab dalam berhubungan dan sebagainya. Karena semua itu akan berpengaruh dalam diri anak.[viii]



[i] Hasan Ibn Fadhl Thabarsi, Makarimal Akhlak, Jild 1, Hal 373.

[ii] Muhammad Ibn Ya’qub Kulaini, Al Kafi, Jild 5, Hal 329.

[iii] Muhammad Baqir Majlisi, Bihar al Anwar, Jild 43, Hal 117.

[iv] Muhammad Ibn Muhammad Sya’iri, Jami’ah al Akhbar, Jild 1, Hal 101

[v] Yahya Budzari Nejad, Insan dar Islam, Hal 230.

[vi] Q.s Al Rum: 21.

[vii] Muhammad Ibn ‘Ali Ibn Babuye, Al Tauhid, Hal 356.

[viii] Untuk mengetahui adab dan tata cara dalam mendidik anak mulai dari proses pembentukan hingga dilahirkan dan masa kanak – kanak bisa merujuk pada buku "Raihaneh Beheshty” penulis Sima Mikhbar dan buku "Rahnemaye Khanevadeh” penulis Amir Malak Mahmudi.

komentar Pemirsa
Nama:
Email:
* Pendapat: