bayyinaat

Published time: 27 ,March ,2017      11:22:27
Kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat sangat tergantung kepada keyakinan yang bersih dan pengaktualisasian seluruh program dan hukum Islam dalam kehidupannya sehari-hari, baik secara individual maupun sosial, dengan demikian urgensi agama dalam sebuah masyarakat tidak dapat diinkari.
Berita ID: 63
Manusia tidak diciptakan di dunia ini dengan sia-sia dan tanpa tujuan, dan Allah pun Maha Suci dari setiap pekerjaan yang sia-sia. Dari beberapa ayat dan hadis dapat dipahami bahwa tujuan penciptaan manusia adalah menggapai kesempurnaan dan keutamaan spiritual, serta mencapai tingkat dan kedudukan (spiritual) yang tinggi. Menggapai tujuan ideal itu adalah sesuatu yang mustahil kecuali dengan adanya sebuah program yang detail dan ditetapkannya hukum dan ketentuan-ketentuan yang sempurna dan universal. Oleh karena itu, untuk menggapai tujuan itu diperlukan sebuah hukum dan undang-udang yang memperhatikan hak-hak individual dan sosial setiap individu, menjamin kebebasan dan kebahagiaannya, serta menunjukkan jalan kesempurnaan dan cara menggapainya. Dan dapat dipahami bahwa program semacam itu tidak dapat direalisasikan melalui akal manusia yang serba terbatas dan tidak sempurna ini. Karena, manusia tidak mengenal segala bentuk kebutuhannya, seperti mengenal penciptanya, tidak mengetahui jalan yang dapat (dilalui untuk) sampai kepada semua tujuannya, dan tidak mengenal segala yang menyebabkan kebahagiaan dunia dan akhiratnya. Bahkan, mayoritas mereka menganggap dirinya bahagia ketika telah berhasil memenuhi semua kebutuhan materialnya dengan melupakan kebutuhan-kebutuhan spiritual dan akhiratnya. Malahan tidak sedikit dari umat manusia yang lebih mementingkan kepentingan diri dan keluarganya atas kepentingan orang lain dan mereka tidak enggan untuk melakukan segala cara.

Kesimpulannya, karena kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat sangat tergantung kepada keyakinan yang bersih dan pengaktualisasian seluruh program dan hukum Islam dalam kehidupannya sehari-hari, baik secara individual maupun sosial, dengan demikian urgensi agama dalam sebuah masyarakat tidak dapat diinkari.

Faedah Agama

Agama memiliki dua macam faedah: (1) faedah yang kembali kepada manusia sebagai individu dan (2) faedah yang akan didapatkan olehnya sebagai makhluk sosial.

Faedah agama bagi manusia dari sisi individu sangat banyak sekali. Dan faedah pokok yang dapat diraba dengan jelas dapat disimpulkan dalam tiga ungkapan: ketenangan hati, ketegaran jiwa dan keterjagaan diri.

A. Ketenangan Hati

Dalam al-Quran yang mulia Allah berfirman:

اَلَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ تَطْمَئِنَّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ

"(Mereka adalah) orang-orang yang beriman dan tenang hatinya dengan mengingat Allah. Ingatlah bahwa hanya dengan mengingat Allah hati dapat tenang."[1]

Ya! Salah satu manfaat agama untuk setiap individu adalah, bahwa agama itu dapat menjadikannya sebagai orang yang mengenal dan meyakini Allah, hakikat permanen dan tak berubah, asal-usul semua makhluk dan pemberi segala kenikmatan ini. Ia adalah Tuhan yang segala kebaikan, kemuliaan, umur dan kehidupan berada di tangan-Nya. Dengan perantara keyakinan ini ia dapat mencapai ketenangan hati, berbahagia, selalu ridha, menerima dan bersabar. Ya! Orang yang memiliki Allah, ia memiliki segalanya. Orang yang menemukan Allah, ia tidak akan pernah takut mati dan khawatir serta risau terhadap segala peristiwa.

Berbahagialah mereka yang Allah penolongnya, puji dan qul huwall?h selalu di bibirnya.

Berbahagialah mereka yang dalam shalat selalu, surga abadi tempat kembalinya.

B. Ketegaran Jiwa

Agama dapat menjadikan seseorang berjiwa tegar, pemaaf dan menguasai seluruh keinginan hawa nafsunya. Berkenaan dengan keluarga Amirul Mukminin Ali as Allah berfirman:

يُوْفُوْنَ بِالنَّذْرِ وَ يَخَافُوْنَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيْرًا * وَ يُطْعِمُوْنَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِيْنًا وَ يَتِيْمًا وَ أَسِيْرًا * إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللهِ لاَ نُرِيْدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلاَ شُكُوْرَا

"Mereka menepati nazar dan takut akan hari yang kesulitannya meliputi segala sesuatu. Mereka memberikan makanan kepada seorang miskin, anak yatim dan seorang tawanan padahal mereka masih menyukainya. Kami memberi kalian makan hanya karena Allah dan kami tidak mengharapkan balasan dan ucapan terima kasih."[2]

Ya! Karakteristik di atas hanya dapat ditemukan di dalam sebuah jiwa yang kuat, tegar dan meyakini kekuasaan Ilahi yang tak terbatas. Jiwa yang lemah mustahil memiliki karakter-karakter mulia seperti itu. Hanya jiwa yang tegar dan bergantung kepada Allah-lah yang mampu berkata: "Seandainya kalian meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan pernah mencampakkan tujuanku yang mulia ini."

C. Keterjagaan Diri

Faedah ketiga agama adalah keterjagaan dan terkontrolnya manusia dari memiliki karakter-karakter merusak. Agama akan menjaga seseorang yang beriman dan meyakini konsep Mabda` (permulaan penciptaan manusia dari Allah) dan Ma'?d (hari akhir) dari segala bentuk perusakan, kelaliman dan melanggar hak-hak orang lain.

Amirul Mukminin Ali as pernah berkata: "Demi Allah! Aku bermalam di atas pelepah pohon berduri dalam keadaan terjaga atau tanganku dirantai dalam keadaan diseret adalah lebih kucintai daripada aku harus berjumpa dengan Allah SWT dan Rasul-Nya pada hari Kiamat sedangkan aku aku telah berbuat zalim terhadap sebagian hamba dan merampas sebagian harta dunia ... Demi Allah! Seandainya aku diberi tujuh negeri dengan segala yang terdapat di bawah langitnya dengan syarat aku harus menzalimi seekor semut dengan merampas sebutir gandum makanannya, aku tidak akan melakukan hal itu."[3]

Oleh karena itu, agama dapat memfokuskan perhatian seseorang kepada Allah, dan sebagai hasilnya, hatinya akan tenang, jiwanya tegar dan ia akan terjaga dari segala perbuatan yang tidak pantas.

Ya! Jika seseorang dapat memahami agama yang benar dan memanfaatkannya sebagaimana mestinya, ia akan dapat menggapai kebahagiaan yang didamba-dambakannya berkat agama tersebut. Hal itu dikarenakan agama-di samping memiliki faedah spiritual-juga memiliki faedah material. Agama akan menganugrahkan kepercayaan diri, ketegaran jiwa, ketenangan dan kebahagiaan hati kepadanya serta mencegahnya dari segala bentuk kejelekan. Dan sebagai hasilnya, badannya akan selamat, hartanya akan terjaga, kehidupannya tentram, namanya baik dan akibat kelakuannya penuh berkah.

Allah SWT berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَ لَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

"Barangsiapa beramal salih, baik laki-laki maupun wanita sedangkan ia beriman, maka Kami akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik, dan (orang-orang semacam ini) Kami akan membalas mereka lebih baik baik dari amalan yang pernah mereka lakukan."[4]

Faedah Sosial Agama

Sekelompok orang yang hidup berdampingan dan selalu merasakan kebersamaan dalam keuntungan dan kerugian, kemuliaan dan kehinaan, dan kehidupan dan kematian, serta memiliki cara berpikir dan semangat mental yang serupa disebut sebagai sebuah masyarakat.

Masyarakat tak ubahnya seperti seorang individu dan memiliki kententuan-ketentuan yang dimiliki oleh seorang individu. Dalam sebuah masyarakat harus terdapat tiga pondasi pokok sehingga ia menjadi sebuah masyarakat yang sehat, tegar, aktif, mampu bertahan dan memanfaatkan kehidupan ini sebagaimana mestinya:

1. Keserasian, kesatuan dan kesehatian di antara anggota-anggotanya.

2. Keengganan para anggotanya untuk melakukan tindak kejahatan dan mengganggu sesamanya.

3. Tolong-menolong dan gotong-royong dalam berbuat kebajikan dan kebenaran.

Agama dan keyakinan kepada adanya konsep Mabda` dan Ma'?d dapat mengaktualisasikan ketiga pondasi pokok tersebut sebaik mungkin.

Faedah pertama agama untuk masyarakat adalah mewujudkan kesatuan spiritual dan persaudaraan di antara anggota-anggotanya. Begitu juga, agama adalah sarana yang paling berpengaruh dalam mewujudkan kedekatan hati dengan sesamanya.

Dalam al-Quran yang mulia Allah berfirman:

وَ اعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا وَ اذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا

"Berpegang teguhlah kalian semua kepada tali Allah dan janganlah berpecah-belah, dan ingatlah nikmat Allah ketika kalian saling bermusuhan, lalu Ia menyatukan hati kalian dan dengan nikmat-Nya kalian menjadi saudara."[5]

Mukminin berbilang tapi iman satu, badan mereka berjumlah tapi jiwa satu.

Jiwa serigala dan anjing terpisah, karena Allah jiwa singa satu.

Faedah kedua agama adalah ia mencegah-atau menimal mengurangi-segala bentuk tindak kejahatan dan rasa ingin mengganggu orang lain dari seluruh anggota masyarakat. Agama dapat membasmi segala bentuk niat jahat yang dapat mendatangkan kesengsaraan bagi individu dan masyarakat. Agama dapat mencegah semua bentuk niat jahat manusia yang selalu bersemayam dalam dirinya dan siap untuk menimbulkan fitnah dan kerusakan. Agama dapat mencegah segala bentuk kezaliman dan pemaksaan terhadap orang lain. Agama dapat mempererat hubungan antar keluarga dan memerintahkan untuk itu.

Dalam al-Quran yang mulia Allah berfirman:

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَ الْإِحْسَانِ وَ إِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَ يَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَ الْمُنْكَرِ وَ الْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

"Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk berbuat adil, kebajikan dan menyayangi kerabat dan mencegah perbuatan tercela, kemunkaran dan kezaliman. Ia menasehati kalian supaya kalian ingat."[6]

Faedah ketiga agama bagi kehidupan sosial adalah ia mengajak semua lapisan masyarakat untuk saling tolong-menolong dalam melakukan kebaikan dan mencegah mereka untuk saling bantu-membantu dalam mengerjakan dosa dan kejelekan. Ia melarang para pengikutnya untuk saling bermusuhan dan menciptakan kondisi kehidupan seperti neraka yang memanas, serta memperingatkan mereka akan adanya siksaan yang amat pedih.

Dalam al-Quran Allah berfirman:

وَ تَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَ التَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُوْا عَلَى الْإِثْمِ وَ الْعُدْوَانِ وَ اتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ

"Saling bantu-membantulah dalam kebajikan dan ketakwaan, dan janganlah kalian saling tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan, serta bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Dahsyat siksa-Nya."[7]

Kesimpulannya, dengan aturan dan undang-undang yang layak untuk membentuk manusia ideal itu agama dapat membentuk sebuah masyarakat yang didominasi oleh kebajikan mutlak. Dan dengan program ideal dan yang mumpuni itu, seluruh anggota masyarakat layak untuk menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Insya Allah.

(Disadur dari buku Ringkasan Akidah Syiah, karya Ayatullah Fadhil Lankarani)



[1] Surah ar-Ra'd: 28.

[2] Surah ad-Dahr: 7-9.

[3] Nahjul Balaghah, Shubhi Salih, Khotbah 224.

[4] Surah an-Nahl: 97.

[5] Surah Ali Imran: 103.

[6] Surah an-Nahl: 90.

[7] Surah al-Maidah: 2.

komentar Pemirsa
Nama:
Email:
* Pendapat: