bayyinaat

Published time: 14 ,November ,2017      14:24:29
Haidar Yusuf
Berita ID: 86

Antara Laknat dan Cacian

Kecintaan dan kebencian dalam diri manusia adalah dua kekuatan besar yang dapat menjadi sumber segala-galanya bagi kesuksesan sebuah masyarakat dan person-personnya; dengan demikian, dalam Islam hal ini mendapat perhatian yang sangat tinggi hingga Nabi yang mulia saw berkata:

هل الإيمان إلاّ الحبّ و البغض [i]

Bukankah agama dan keimanan kecuali kecintaan dan kebencian?

Adanya kecintaan dan kesenangan serta peralatannya yang dihubungkan kepada seseorang yang mana dia adalah sumber segala kebaikan menandakan bahwa kecintaan dan kesenangan seseorang pada segala kebaikan itu ada dan perkara ini merupakan sebuah ladang persiapan yang cocok untuk membawa manusia sampai pada kesempurnaan dan kebahagiaan yang inginkan; begitu pula adanya sarana kebencian dan ketidaksukaan dari mereka yang berderajat hina dan rendah, pada dasarnya benci pada keburukan-keburukan dan segala hal yang dapat membuat manusia jauh dari Tuhan. Sahabat-sahabat Nabi dikarenakan mereka hidup pada masa Nabi dan kenalnya mereka dengan sejarah kehidupan Nabi saw serta adanya situasi yang khusus semacam ini, membuat mereka mendapat perhatian istimewa oleh semua lapisan masyarakat; meskipun mereka tidak berada dalam level yang sama dan sekelompok dari mereka tidak mampu tegak dalam menjaga keimanan mereka dengan tegar dan mereka berpaling dari jalan yang mereka pilih di masa Nabi; dengan alasan ini, merupakan satu kelaziman untuk membedakan antara mereka yang mengimani Rasulullah saw hingga akhir hayatnya dan tetap berada pada jalan yang lurus dengan mereka yang di pertengahan jalan terputus dan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan sejarah kehidupan Nabi dan melanggar perintah-perintahnya.

Kita kepada kelompok pertama menampakkan kecintaan dan kesukaan kita dan kepada kelompok kedua dan tindakan-tindakan mereka kita menampakkan kebencian serta berlepas diri dari mereka atas perbuatan-perbuatan yang tidak Islami; oleh karenanya, kaum muslimin sesuai dengan sunnatullah dalam Alquran, melaknat dan mengungkapkan kebencian kepada kelompok ini yang terang-terangan menentang perintah dan sejarah kehidupan Nabi dengan melampaui batas sehingga menjadi penyebab kesesatan sebagian besar umat manusia.

Makna laknat dan cacian serta perbedaan keduanya

Harus diperhatikan bahwa antara laknat dan cacian terdapat perbedaan yang sangat signifikan. Cacian sudah jelas dilarang bahkan diharamkan dalam agama Islam. Cacian dalam bahasa berarti mencela dan menjelek-jelekkan nama seseorang.[ii] Para ahli sejarah seperti Zubaidi[iii] dan Ibnu Manzhur[iv] mengatakan bahwa cacian adalah celaan dan celaan kata Ibnu Manzhur adalah perkataan jelek yang tidak ada tuduhan di dalamnya.

Islam melarang cacian dan celaan

Allah swt berfirman:

وَلاَ تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللهِ فَيَسُبُّوا اللهَ عَدْواً بِغَيْرِ عِلْم [v]

Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Nabi juga dengan keras melarang seseorang yang melakukan cacian dan makian dengan sabdanya:

سِبابُ المُسْلمِ فُسُوقٌ [vi]

Bahwa mencaci muslim adalah perbuatan dosa dan kefasikan.

Di salah satu fenomena peperangan Shiffin pernah dilaporkan kepada Amirul Mukminin Ali as bahwa sebagian sahabatnya mengolok-olok penduduk Syam (Suriah), kemudian Imam memanggil mereka dan berkata demikian:

إِنّي أَکرَهُ لَکُمْ أَنْ تَکُونُوا سَبّابِينَ وَلکِنَّکُم لو وَصَفْتُم أَعْمالَهُمْ وَذَکَرْتُمْ حالَهُمْ، کانَ أَصْوَبَ في الْقَولِ وَأَبْلَغَ فِي الْعُذْرِ[vii]

Sesungguhnya aku tidak suka kalian dicap sebagai pengolok-olok, namun jika kalian menyebarkan tingkah dan prilaku mereka dan menjelaskan cara dan keadaan mereka, itu akan lebih dekat dengan kebenaran dan akan menjadi alasan yang jelas bagi kalian. Begitu juga Imam Shadiq as pernah berkata:

سباب المؤمن کالمُشرِفِ علي الهلکة [viii]

Seseorang yang menjelek-jelekkan seorang mukmin bagaikan seseorang yang binasa ke dalam jurang.

Dengan demikian, celaan, makian dan menjelek-jelekkan orang lain dalam Islam adalah hal yang sangat dilarang dan haram secara mutlak dan setiap orang yang berakal, berilmu dan berpengetahuan akan berpaling darinya dan tidak akan menggunakannya. Namun masalah laknat berbeda dengan cacian; laknat berarti mengusir dan menjauhkan sesuatu dari kebaikan. Sebagai mana yang dikatakan oleh Jauhari:

اللعن، الطرد والابعاد من الخير[ix]

Laknat, pengusiran dan penjauhan dari kebaikan. Begitu pula laknat dan berlepas diri dari amalan-amalan buruk seseorang. Raghib Isfahani berkata: Laknat memiliki arti pengusiran dan penjauhan dari kebaikan yang dibarengi dengan kemarahan. Laknat jika dari Allah swt maka di akherat berarti pembalasan dan di dunia berarti terputusnya penerimaan rahmat dan taufik dari Allah swt. Jika dari manusia maka itu berarti doa dan kutukan serta permohonan atas kerugian dan bahaya bagi orang lain.[x]

Dengan demikian, maka laknat berarti berlepas diri dari amalan-amalan buruk seseorang dan doa untuk menjauhkannya dari rahmat Allah swt dan mungkin ungkapan terbaik dalam sebuah pengertian adalah semoga Allah tidak merahmatinya. Sebagaimana dalam contoh misalnya semoga si fulan tidak dirahmati oleh Allah karena telah membuat sebagain orang terbunuh. Ungkapan seperti ini sama sekali tidak memiliki bobot buruk dan doa atas seseorang yang berbuat hal yang tidak terpuji dan rendah; oleh karena itu, jika kita berkata: Ya Allah laknatlah si fulan artinya jangan biarkan dia, jauhkan dia dari rahmatMu.

Laknat dalam Alquran

Allah swt dalam Alquran dalam banyak hal dan kondisi telah melaknat dan mengutuk sekelompok kaum dan ini merupakan dalil atas legitimasi penggunaan kata ini dalam hukum awalnya. Dalam Alquran meskipun kita dilarang untuk mencela; tetapi laknat bukan saja tidak dilarang bahkan Dia, Allah berkali-kali melaknat sejumlah orang.

Bentuk-bentuk pelaknatan dalam Alquran

Dengan merujuk pada Alquranul Karim dapat kita temukan bahwa Allah swt telah melaknat person-person dan atau kelompok-kelompok dimana sejumlah dari mereka yang dapat disebutkan adalah:

1. Iblis; Dimana Allah swt berfirman:

وَ إنَّ عَلَيْکَ لَعْنَتي إِلي يَوْمِ الدِّين

Dan sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan.[xi]

2. Orang-orang kafir; Firman Allah:

إنَّ اللهَ لَعَنَ الْکافِرينَ وَأَعَدَّ لَهُمْ سَعيراً

Sesungguhnya Allah melaknati orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala( neraka ) [xii]

3. Bani Israil, mereka yang mengimani perintah para nabi dan menjadi kafir.

لُعِنَ الَّذينَ کَفَرُوا مِنْ بَني إِسْرائِيلَ عَلي لِسانِ داوُدَ وَعيسَي بْنِ مَرْيَمَ

Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israel dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam.[xiii]

4. Orang-orang zalim

ألا لَعْنَةُ اللهِ عَلَي الظّالِمينَ

Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang lalim. [xiv]

5. Para pendusta; Allah berfirman:

وَالْخامِسَةُ أنَّ لَعْنَةَ اللهِ عَلَيهِ إنْ کانَ مِنَ الْکاذِبينَ

Dan( sumpah ) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta.[xv]

6. Orang-orang yang mengusik dan menyakiti Rasulullah saw. Firman Allah:

وَالَّذينَ يُؤْذوُنَ اللهَ وَ رسُولَهُ لَعَنَهُمَ اللهُ فِي الدُّنْيا وَ الآخِرَةِ

Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat.[xvi]

7. Orang-orang yang menuduh wanita-wanita baik; Allah Orangberfirman:

إِنَّ الَّذينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَناتِ الْغافِلاتِ الْمُؤْمِناتِ لُعِنُوا فِي الدُّنْيا وَ الآخِرَةِ

Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman( berbuat zina ), mereka kena laknat di dunia dan akhirat.[xvii]

8. Orang-orang yang membunuh para mukmin; Allah berfirman:

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤمِناً مُتَعَمِّداً فَجززاءُهُ جَهَنَّمُ خالِداً فيها وَ غَضَبَ اللهُ عَلَيْهِ وَ لَعَنَهُ وَ أَعَدَّ لَهُ عَذابَاً عَظيماً

Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahanam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.[xviii]

9. Orang-orang munafik; firman Allah:

وَعَدَ اللهُ الْمُنافِقينَ وَ الْمُنافِقاتِ وَ الْکُفّارَ نارَ جَهَنَّمَ خالِدينَ فِيها هِيَ حَسْبُهُمْ وَلَعَنَهُمُ اللهُ وَلَهُمْ عَذابٌ مُقيمٌ

Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka; dan Allah melaknati mereka; dan bagi mereka azab yang kekal. [xix]

Kesimpulan:

Dengan demikian, antara laknat dan cacian terdapat perbedaan yang sangat signifikan, karena yang pertama adalah diperbolehkan dan yang kedua dilarang. Jadi kita harus besar hati menerima apa yang tertera dalam Alquran. Tidak benar melihat sesuatu hanya dengan perasaan saja. Sebagian kelompok dengan santainya menghina, mengolok-olok, mencaci padahal itu dilarang oleh Islam dan Alquran dengan jelas mengharamkannya. Namun sebagain dengan laknat yang dalam budaya Alquran diperbolehkan menolak hal itu dan mengatakan bahwa hal itu sungguh sangat dicela. Inilah hal yang mesti diperhatikan di mana sebagaian sudah salah kaprah dan menghukumi seenak hatinya saja. Semoga dengan tulisan singkat ini dapat memberi khazanah ilmu pengetahuan bagi kita semua. Amin.



[i] Biharul Anwar, Majlisi, Muhamamd Baqir bin Muhammad Taqi, jld.66, hlm.241. bab36.

[ii] Al-Sahhah, Jauhari, Ismail bin Hammad, jld.1, hlm. 144.

[iii] Tajul Arus min Jawahir al-Qamus, Husaini Zubaidi, Muhammad Murtadha, jld.2, hlm.63

[iv] Lisanul Arab, Ibnu Manzhur Muhammad bin Mukrim, jld.12, hlm.318.

[v] QS. Al-An’am, ayat 108

[vi] Sahih Bukhari, Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari al-Ju’fi, jld.5, hlm.2247.

[vii] Nahjul Balaghah, Syarif Radhi, Muhammad bin Hasan, hlm.323,

[viii] Wasail al-Syiah, Syaikh Hurr al-Amili, Muhamamd bin Hasan, jld.12, hlm.158, 298.

[ix] Al-Sahhah, Jauhari, Ismail bin Hammad, jld.6, hlm. 2196.

[x] Al-Mufradat fi Gharib al-Quran, Raghin Isfahani Husain bin Muhammad, hlm.741.

[xi] QS. Shad, ayat 78.

[xii] QS. Al-Ahzab, ayat 64.

[xiii] QS. Al-Maidah, ayat 78.

[xiv] QS. Hud, ayat 17.

[xv] QS. Al-Nur, ayat 7.

[xvi] QS. Al-Ahzab, ayat 57.

[xvii] QS. Al-Nur, aya 23.

[xviii] QS. Al-Nisa, ayat 93.

[xix] QS. Al-Taubah, ayat 68.

komentar Pemirsa
Nama:
Email:
* Pendapat: