bayyinaat

Published time: 14 ,February ,2018      23:56:28
Kaum mukminin yang kurang beruntung dari sisi materinya maupun bala yang lain adalah untuk lebih rajin lagi, semangat lagi, dan bisa lebih bekerja sama lagi. Setelah itu pasrahkan semuanya kepada Allah swt dan tunduklah kepada-Nya.
Berita ID: 103

Kenikmatan Dunia yang SebentarAbstraksi

Ketika melihat fenomena, baik di zaman hidup Nabi saw maupun sampai sekarang, mungkin pernah terlintas di benak dan hati kita sebagai orang muslim bahwa kenapa kehidupan orang-orang kafir itu terlihat menyenangkan atau bisa dikatakan mereka mempunyai kesuksesan dan hidup dengan berlimpah harta. Sedangkan kita yang beragama Islam dan yang mengimani Tuhan Yang Maha Esa hidup sebaliknya, yakni hidup sengsara dan penuh dengan kesulitan. Dalam menjawab khayalan dan keraguan semacam ini Allah swt berfirman dalam surah Ali Imran ayat 196-197 yang kandungannya adalah janganlah kaum mukmin terpedaya oleh apa yang terlihat dari kaum kafir, sebenarnya itu adalah kesenangan sementara dan tempat kembali kaum kafir adalah jahanam dan jahanam adalah seburuk-buruknya tempat kembali.

Di dalam tulisan ini, penulis akan mencoba menjawab masalah yang telah dijelaskan di atas dengan cara mengutip dan mengkaji tafsir surah Ali Imran ayat 196-197 dari kitab tafsir al-MizanNemunehMafatihul Ghaib, dan kitab tafsir lainnya.

Kata kunci:

Kafir, Muslim, Nikmat, Kebahagian, Kesulitan, Dunia.

Unbeliever, Muslim, Pleasant, Trouble, World


Pembahasan

Surat Ali Imran, ayat 196-197

لا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذينَ كَفَرُوا فِي الْبِلاد (196) مَتاعٌ قَليلٌ ثُمَّ مَأْواهُمْ جَهَنَّمُ وَ بِئْسَ الْمِهاد (197)

196. Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri.

197. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.

Sebab Penurunan Ayat;

kebanyakan Ahli Mekah pada waktu itu berprofesi sebagai pedagang. Dengan profesi ini, mereka mendapatkan harta yang begitu banyak. Sehingga mereka bisa hidup dengan bahagia di sana. Dan hal ini juga terjadi dan dirasakan oleh orang Yahudi yang bertempat tinggal di Madinah. Di sana mereka terkenal sebagai orang-orang yang mahir berdagang. Ketika mereka pergi ke suatu tempat untuk berdagang maka tatkala kembali mereka mendapatkan untung yang berlimpah dari dagangannya tersebut.

Namun sayangnya pada waktu itu keadaan kaum muslimin malah sebaliknya. Dikarenakan beberapa masalah seperti hijrahnya kaum muslimin dari Mekah ke Madinah, dan embargo ekonomi kepada mereka yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam membuat mereka harus hidup, dari sisi materi, dengan penuh kesusahan dan kesulitan. Perbandingan inilah yang membuat orang-orang beriman bertanya-tanya bahwa kenapa keadaan orang-orang kafir itu lebih baik dari keadaan mereka. Lebih jelasnya lagi yaitu orang-orang kafir hidup berlimpah harta sedangkan orang yang beriman harus hidup dalam keadaan susah dan penuh dengan kesulitan.[1] Ayat ini turun untuk menjawab pertanyaan ini.

Dalam kitab tafsir al-Mizan secara ringkas ditemukan bahwa (" لا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ") menceritakan bahwa sebagian orang-orang mukmin berkata dalam hatinya "Seandainya saja kita mempunyai kehidupan orang kafir yang mana mereka mempunyai kehidupan yang bahagia.”[2]

Kemenangan Sementara dan Sedikit

Apabila penulis membaca sebab penurunan ayat di atas, penulis memahami bahwa kadang dalam diri sebagian mukmin yang lemah imannya berkata, hal demikian yakni kenapa keadaan orang kafir itu lebih baik dari pada kita sebagai seorang mukmin yang mana kita telah dan sedang menjalankan perintah Allah swt. Apakah Dia tidak berpihak kepada kita, padahal kita telah menjalankan perintah-Nya.

Pertanyaan-pertanyaan semacam ini harus segera dijawab dan diatasi. Karena kadang pertanyaan seperti ini bisa menyebabkan keraguan bagi orang-orang yang lemah imannya.[3] Maka dari itu Allah swt berfirman (لا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي الْبِلاد) dengan jelas ayat ini menjawab pertanyaan mereka. Setelah itu (مَتاعٌ قَلِيل) bahwasanya kemenangan dan penghasilan materi tanpa syarat ini adalah kemenangan yang sementara dan sedikit. (ثُمَّ مَأْواهُمْ جَهَنَّمُ وَ بِئْسَ الْمِهاد)[4] Setelah itu tempat tinggal mereka adalah jahanam dan jahanam adalah seburuk-buruknya tempat tinggal. Atau dikatakan dalam tafsir Mafatihul Ghaib bahwa sifat kenikmatan dunia itu fana yakni sementara yaitu bahwasanya suatu saat kenikmatan dunia ini akan terputus.[5] Jadi kenapa kenikmatan dunia digambarkan dengan kata qillah, Karena kenikmatan dunia selalu dibayang-bayangi oleh kerusakan dan keterbatasan. Jadi apabila dibandingkan dengan nikmat dunia yang abadi maka kenikmatan dunia itu tidak ada apa-apanya.

Poin lainnya dalam ayat ini adalah walaupun yang menjadi lawan bicara adalah Nabi saw namun jelas bahwa maksudnya adalah untuk para muslimin.[6] Dan selanjutnya yang patut diperhatikan adalah bahwa kesenangan dan kesuksesan yang dimiliki oleh orang kafir di dunia ini adalah sementara dan sesuatu yang sedikit. Namun janji Allah swt bahwa tempat kembali mereka adalah neraka jahanam adalah sesuatu yang nyata.

Allamah Thabathabai pun mengatakan bahwa ayat ini (لا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ) adalah ayat untuk menjawab permasalahan dan pertanyaan yang mungkin ditanyakan sebagian muslimin bahwasanya kenapa kehidupan kaum kafir itu lebih terlihat menyenangkan dan bahagia. Yang mana seharusnya mereka mempunyai kehidupan sebaliknya ketika dinisbahkan dengan kehidupan orang mukmin yang mana pada waktu itu mukminin dalam keadaan fakir. Maka dari itu (لا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّب) ini adalah jawaban untuk khayalan orang-orang umum bahwasanya sesuatu yang orang kafir miliki itu sedikit dan sementara.”[7]

Ada sebuah hadis Imam Ali as;

ما خير بخير بعدها النار

"Kebahagiaan yang menuju api itu tak ada harganya.”[8] Mufasir menjelaskan bahwa untuk orang kafir kelezatan dan kebahagiaan mereka itu sifatnya sementara sedangkan azab serta penderitaan bagi mereka adalah abadi. Namun untuk orang mukmin penderitaan dan kesulitan sementara sedangkan kebahagiaan dan kelezatan bagi mereka abadi di akhirat.[9]

Kenapa Orang Kafir Cenderung Hidup Lebih Maju Dibanding Kaum Muslimin?

Berikut ini adalah beberapa sebab kesuksesan orang kafir dan stagnannya orang muslim;

1. Salah satu sebab orang kafir menjadi sukses dalam megumpulkan harta adalah mereka tidak mempunyai syarat apapun atau bisa dikatakan bebas mutlak. Mereka bisa mendapatkan harta mereka, baik itu tanpa melihat apakah sesuai dengan syariat atau tidak. Misalnya walaupun mereka harus membunuh seseorang yang tak mampu untuk mendapatkan harta tersebut. Namun hal ini tidak sesuai dengan orang-orang yang beriman. Orang Mukmin mempunyai batasan untuk menjaga asas hak dan keadilan. Hal ini menjadi sebuah tanggung jawab sendiri bagi mereka. Sedangkan kaum kafir tidak mempunyai hal yang perlu dipertanggung jawabkan. [10]

2. Allah swt, di alam ikhtiyar ini, memberikan kebebasan kepada kedua kelompok ini. Sehingga mereka bisa merasakan sendiri akibat dari perbuatan mereka.[11]

3. Karena mereka tidak mengimani adanya Tuhan maka mereka menjalani kehidupan dengan serius, penuh rencana, kerja keras, kesabaran, kerja sama, serta mengetahui kebutuhan zamannya. Orang kafir sebenarnya mereka sedang menjalankan kehidupan yang semestinya dilakukan oleh orang-orang yang beriman.[12]

Sebaliknya, ada orang-orang yang beragama namun ia melupakan tugas praktis mereka. Mereka adalah orang-orang yang tidak mempunyai gairah, penakut, gampang menyerah, tak sabaran, dan tak bisa bersatu dengan yang lain. Akibatnya mereka selalu mendapatkan kekalahan. Akan tetapi kekalahan ini bukanlah dari keimanan mereka, namun dari poin-poin kelemahan yang terdapat dalam diri mereka. Mereka kadang berpikir bahwa hanya dengan salat, puasa, mereka bisa menang dalam segala hal. Meskipun sebenarnya bahwa agama mempunyai sejuta agenda praktis supaya bisa sukses dalam kehidupan ini.[13]

Kesimpulan

Setelah mengkaji dua ayat Alquran di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwasanya kenikmatan dunia yang diperoleh orang-orang kafir hanyalah sementara dan sedikit sedangkan azab dan siksaannya abadi di akhirat. Namun memang sekarang orang-orang mukmin mendapatkan kesulitan dan kesusahan, tapi ingat bahwa hal ini sementara sedangkan nikmat yang abadi di akhirat sedang menanti. Seperti yang difirmankan dalam Alquran Surah Ali Imran ayat 198, "Akan tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti.”

Adapun pesan penulis untuk kaum mukminin yang kurang beruntung dari sisi materinya maupun bala yang lain adalah untuk lebih rajin lagi, semangat lagi, dan bisa lebih bekerja sama lagi. Setelah itu pasrahkan semuanya kepada Allah swt dan tunduklah kepada-Nya. Mungkin bisa jadi apa yang mungkin kita anggap baik untuk kita malah buruk dan sebaliknya yang kita anggap buruk adalah baik di hadapan Allah swt dan ingatlah bahwa kenyamanan dunia cepat berlalu.[Haidar Sutiawan]

Daftar Pustaka

1. Syirazi, Makarim, Tafsir Nemuneh, Tehran: Daar al-Kutub al-Islamiyyah, 1374HS.

2. Fakhr Ar-Razi, Abu Abdilallah Muhammad Ibn Umar, Beirut: Mafatih al-Ghaib, Daar al-Kutub al-Islamiyyah, 1420 H.

3. Thabathaba’I, Muhammad Husain, Al-Mizan fi Tafsir Al-Quran, Qum: Daftar-e Instisyaraat-e Jame’eh-ye Mudarrisn-e Qum, 1417 H.

4. Qiraati, Muhsin, Tafsir Nur,Tehran: Markaz-e Farhanggi Darshayi az Qur’an, 1383 HS.



[1]Tafsir Nemuneh, Jild 3, hal 226.

[2] Terjemah Tafsir al-Mizan, jild 4, hal 143 dikutip dari Tafsir Shafi, jild 1, hal 323.

[3] Tafsir Nemuneh, jild 3, hal 227.

[4] Ibid

[5] Tafsir Mafatihul Ghaib, jild 1, hal 140.

[6] Tafsir Nemuneh, jild 3, hal 227.

[7] Terjemah Tafsir al-Mizan, jild 4, hal 140.

[8] Tafsir Nur, jild 2, hal 231 dikutip dari Bihar, jild 8, hal 199.

[9] Tafsir Nur, jild 2, hal 231.

[10] Tafsir Nemuneh, jild 3, hal 228.

[11] Ibid

[12] Ibid, hal 229.

[13] Tafsir Nemuneh, jild 3, hal 229.


komentar Pemirsa
Nama:
Email:
* Pendapat: