bayyinaat

Published time: 18 ,February ,2017      08:37:38
Sirah atau tingkah laku Ahlulbait sepanjang hidupnya menampakkan kedamaian dan keharmonisasian, maka jika sirah ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, niscaya konflik sektarian dan perpecahan dalam umat Islam akan sirna.
Berita ID: 18
Abdul Muhammadi

Salah satu masalah terbesar dunia Islam dewasa ini adalah konflik sektarian dan perpecahan. Masalah ini sengaja dimunculkan oleh musuh-musuh Islam guna melemahkan kekuatan umat Islam dan mencegah terwujudnya kejayaan Islam. Salah satu solusi dalam mengatasi masalah ini adalah mempelajari dan menelaah sirah (tingkah laku, cara) interaksi sosial Ahlulbait terhadap umat muslim non-syiah. Karena sirah atau tingkah laku Ahlulbait sepanjang hidupnya menampakkan kedamaian dan keharmonisasian, maka jika sirah ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, niscaya konflik sektarian dan perpecahan dalam umat Islam akan sirna. Di bawah ini, kami mengutarakan beberapa poin terkait sirah sosial Ahlulbait terhadap Muslim non-Syiah.

1. Kasih Sayang dan Akhlak Islami Sebagai Dasar Interaksi Sosial

Ahlulbait dalam interaksi sosialnya dengan Muslim non-Syiah senantiasa menjaga sikap toleran, kasih sayang dan akhlak islami. Sikap ini berlandaskan firman Allah Swt yang berbunyi قُولُوا لِلنَّاسِ حُسْناً. Ahlulbait juga menekankan kepada pengikut-pengikutnya untuk menjadikan kasih sayang dan ahklak islami sebagai dasar dalam berinteraksi dengan Muslim non-syiah. (Wasail al-Syiah, 8/300, al-Kafi, 2/636).

2. Merealisasikan Wahdah dan Mencegah Perpecahan

Sirah sosial Ahlulbait dalam interaksinya dengan Muslim non-Syiah dilandasi oleh prinsip wahdah. Bahkan Ahlulbait juga melarang para pengikutnya melakukan hal-hal yang dapat menyebabkan perpecahan dalam umat Islam. Apa yang nampak dari sikap Imam Ali as dalam mengatasi kejadian "saqifah” pasca wafatnya Rasul saw, adalah bukti nyata dari sikap wahdah. Meski sejatinya panji kepemimpinan jatuh di tangan Imam Ali as, namun beliau as lebih memilih berdiam diri guna mencegah perpecahan. Bahkan dalam kondisi-kondisi tertentu, Imam Ali as membuka ruang konsultasi dan memberikan arahan efektif pada khalifah guna menyelesaikan berbagai masalah yang timbul ketika itu. Baik masalah sosial politik maupun syariat agama. (Nahjul balaghah,)

3. Tolak Ukur Muslim adalah Syahadatain

Dalam pandangan Ahlulbait, seseorang yang mengucapkan syahadatain telah tercatat sebagai Muslim. Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam surah An-Nisa, ayat 94.

وَ لا تَقُولُوا لِمَنْ أَلْقي إِلَيکمُ السَّلامَ لَسْتَ مُؤْمِنا

"Janganlah kamu katakan kepada orang yang mengucapkan salam kepadamu (menampakkan keislaman): "Kamu bukan orang mukmin”

Hal ini juga didukung oleh banyaknya riwayat senada dari jalur Ahlulbait yang menegaskan bahwa tolak ukur Muslim adalah pengucapan syahadatain, yaitu mengakui ketunggalan Allah Swt dan Risalah Nabi Muhammad saw. Konsekuensi dari seorang yang membaca syahadatain adalah darah, harta dan harga dirinya menjadi terjaga dan terhormat. (Al-Kafi, 2/42).

4. Larangan Penghinaan Terhadap Simbol yang disucikan Mazhab Non Syiah

Allah Swt melarang sikap penghinaan terhadap hal-hal yang dianggap sakral oleh umat non-Muslim. Sebagaiman firmannya dalam surah Al-An’am, ayat 108.

وَ لا تَسُبُّوا الَّذينَ يدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيسُبُّوا اللَّهَ عَدْواً بِغَيرِ عِلْم

"Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan”

Ayat ini merupakan salah satu dasar dari ajaran mazhab Syiah Ahlulbait dalam pelarangan dan pengharaman segala sikap penghinaan terhadap simbol-simbol yang dianggap sakral oleh Muslim non-syiah.

komentar Pemirsa
Nama:
Email:
* Pendapat: