bayyinaat

Published time: 17 ,November ,2017      09:57:56
Pada permulaan tahun kesebelas hijrah, Nabi terserang sakit dan kemudian wafat. Ketika sakitnya Nabi sudah mulai parah, ia naik ke mimbar dan berpesan kepada kaum muslimin supaya mereka saling berkasih sayang dengan sesama mereka dan ia berkata: Jika seseorang mempunyai hak padaku maka ambillah atau halalkan dan jika seseorang merasa aku telah mengganggunya, sekarang aku siap untuk menerima balasan.
Berita ID: 88

Nabi di bulan Dzulqadah tahun kesepuluh hijrah telah berencana untuk melaksanakan haji terakhirnya. Dalam perjalanan ini Rasulullah akan menghapus apa yang Quraisyanggap istimewa untuk diri mereka dan orang lain tidak diberi kesempatan untuk memilikinya dalam hal berziarah ke tanah suci rumah Allah (Kakbah). Salah satu dari keistimewaan-keistimewaan tersebut adalah di masa jahiliyah masyarakat beranggapan bahwa tawaf harus dengan kain suci dan kain itu bisa suci jika diambil dari Quraisy. Jika Quraisy tidak memberikan kain tawaftersebut dia harus tawaf secara telanjang. Keistimewaan lainnya adalah bahwa Quraisy tidak seperti jemaah-jemaah haji yang ada yang memulai amalan hajinyadaripadan Arafahakan tetapi mereka memulai amalan hajinya dari Muzdalifahdan ini merupakan suatu kebanggaan bagi mereka. Alquranmenghapus keistimewaan ini dengan ayat:

"ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ"

"Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (Arafah)."[i]

Dan masyarakat melihat Muhammad saw memulai hajinya dari Arafah sebagaimana masyarakat yang ada padahal beliau termasuk dariQuraisy. Dalam perjalanan haji ini pula beliau berkata: Wahai masyarakat, aku tidak tahu aku akan dapat melihat tahun mendatang atau tidak. Wahai masyarakat, setiap darah yang tertumpah di masa jahiliyah telah aku lupakan. Harta dan darah kalian telah diharamkan satu dengan yang lainnya, hingga kalian bertemu dengan Tuhan kalian.

Peristiwa Ghadir Khum

Dalam perjalanan pulang ke Madinah, Nabi turun di sebuah tempat daerah Juhfah yang tempat tersebut adalah jalan perpisahan wargaMesir,HijazdanIrakdi sebuah lembah yang dikenal dengan nama Ghadir Khum, perintah Allah sampai kepada beliau supaya beliau melantik Ali As sebagai penggantinya dan dengan ibarat yang lebih jelas adalah nasib pemerintahan Islami harus sudah jelas setelah keberangkatan Nabi saw. Rasulullah dalam perkumpulan kaum muslimin yang para ahli sejarah menulis jumlah mereka sekitar antara 90 sampai 100 ribu orang, Nabi mendeklarasikan dan bersabda:

من کنت مولاه فعلی مولاه. اللهم وال من والاه و عاد من عاداه و أحب من أحبه و أبغض من أبغضه و انصر من نصره و اخذل من حذله و أدر الحق معه حیث دار

"Siapa saja yang menjadikan aku walinya, maka Ali adalah walinya. Ya Allah dukunglah orang yang mendukungnya dan musuhilah orang yang memusuhinya dan cintailah orang yang mencintainya dan bencilah orang yang membencinya dan tolonglah orang yang menolongnya dan rendahkanlah orang yang merendahkannya dan kebenaran senantiasa berputar bersamanya."

Setelah kepulangan Nabi dariibadah haji, sementara Islam semakin hari semakin terlihat kuat dan perkasa. Kesehatan Rasulullah pun terancam, namun dengan adanya sakit yang dia derita, Nabi masih tetap mempersiapkan sebuah pasukan yang dipimpin oleh Usamah bin Zaid untuk membalas kekalahan kaum muslimin di perang Mu'tah. Namun sebelum pasukan ini pergi untuk menjalankan perintah tersebut, Rasulullah saw telah pergi menemuiTuhannya. Dan ketika berangkat pada pertemuan inilah persatuan Islam telah terealisasi di seluruh semenanjung jazirah Arab dan Islam dibawa ke perbatasan pintu masuk dua kaisar agungIrandan Roma.

Hari Wafat Nabi saw

Pada permulaan tahun kesebelas hijrah, Nabi terserang sakit dan kemudian wafat. Ketika sakitnya Nabi sudah mulai parah, ia naik ke mimbar dan berpesan kepada kaum muslimin supaya mereka saling berkasih sayang dengan sesama mereka dan ia berkata: Jika seseorang mempunyai hak padaku maka ambillah atau halalkan dan jika seseorang merasa aku telah mengganggunya, sekarang aku siap untuk menerima balasan.[ii]

Nabi saw wafat pada tanggal 28 Shafar tahun 11 hijrah, atau dalam sebuah riwayat pada tanggal 12 Rabiul Awal pada tahun yang sama di usianya yang ke 63. Sebagaimana yang tertulis di dalam buku Nahjul Balaghah, ketika ajal Nabi datang, kepalanya berada di antara dada dan leher Imam Ali as.[iii]

Dan ketika itu, di antara putra-putra beliau yang hidup hanya sayidah Fatimah sa. Putra-putranya yang lain yang di antaranya adalah Ibrahim yang lahir dua tahun yang lalu sebelum ia wafat, semua telah meninggal dunia. Jasad suci Nabi saw dimandikan dan dikafani oleh Imam Ali as dan dibantu dengan beberapa orang dari keluarganya dan ia dimakamkan di dalam rumahnya yang sekarang berada di dalam Masjid Nabawi.

Pengganti Nabi saw

Sementara Ali bin Abi Thalib as danBani Hasyimmasih sedang mengurus acara pemakaman Nabi, sebagian orang dari para pemimpin kaum tidak perhatian pada omongan Rasulullah yang telah ia sampaikan dua bulan yang lalu dan mereka berpikir bahwa mereka harus menentukan taklif pemimpin umat. Sebagian dari penduduk Mekah (Muhajirin) dan Madinah (Anshor) mengadakan pertemuan di sebuah tempat yang terkenal bernamaSaqifah Bani Sa’idah. Mereka berkehendak secepatnya untuk memilih para pemimpin untuk kaum muslimin. Adapun siapa yang akan dipilih, mereka saling berbincang dan berdebat.[iv]Setiap satu dari dua belah pihak Muhajir dan Anshar mereka sendiri merasa lebih pantas dari yang lainnya. PendudukMekahberkata: Islam muncul di kota dan di tengah-tengah kami; Nabi dari kaum kami; Kami adalah keluarganya; kami lebih dahulu menerima agama ini di banding kalian, oleh karena itu kepemimpinan kaum muslimin harus dari para Muhajir. Anshar berkata: Penduduk Mekah tidak menerima ajakan Muhammad saw. Dengannya mereka berontak dan mengadakan permusuhan; sebagaimana mereka mampu mengusiknya sehingga dengan terpaksa dia meninggalkan Mekah dan datang ke sisi kami Yatsrib; oleh karena itu kami dululah yang menolongnya dan kamilah yang memarakkan Islam, oleh karena itu kepemimpinan kaum muslimin harus dipilih dari Anshar. Sebagian orang dari Anshar sudah merasa puas jika urusan pemerintah diurus oleh kedua belah pihak Muhajir dan Anshar dan mereka berkata: Dari kami seorang pemimpin dan dari Muhajirin seorang pemimpin. Akan tetapi Abu Bakar tidak setuju dengan pendapat tersebut dan berkata: Langkah semacam ini akan merusak persatuan umat Islam. Pemimpin dari kami dan para pejabat pembantu dipilih dari kalangan Anshar dan tanpa persetujuan mereka segala urusan tidak sah dan kemudian menukil sebuah riwayat dari Nabi saw yang berkata:

الأئمة من قریش

"Para pemimpin itu dari Quraisy"

Riawayat ini diambil dari banyak hadis, walaupun dari segi teks dan sanadnya (dengan ibarat semacam ini) dapat didiskusikan kembali, namun itu adalah sebuah perkataan yang sangat efektif dan meninggalkan pengaruh yang besar pada pertemuan-pertemuan semacam ini sehingga mengakhiri perdebatan Anshar.[v]

Selain riwayat yang dikemukakan olehAbu Bakar, sepertinya permusuhan lama yang terpendam di tubuh dua kabilah Anshar, Aus dan Khzraj juga, tidak sedikit pengaruhnya terhadap alur pemikiran Muhajirin, karena jika saja kepemimpinan sampai ke tangan Anshar, kedua belah pihak suku tersebut tidak akan puas dengan kepemimpinan kabilah yang lainnya.

Perkataan Basyir bin Saad dari kabilah Kazraj yang menyetujui perkatan Abu Bakar dan kepuasannya dengan kepemimpinan kaum Muhajirin adalah salah satu tanda bukti hal tersebut. Karena kepemimpinan kaum Muhajirin dan Quraisy adalah hal yang sudah diterima, akhirnya perbincangan tiba pada sosok pribadi. Dua tiga orang yang memegang kekuasaan penuh majelis tersebut setiap satu dari mereka berpandangan dan akhirnyaUmardan Abu Ubadah Jarah, menerima Abu Bakar sebagai pemimpin dan berbaiat kepadanya. Kemudian kebanyakan dari para hadirin juga mengikuti apa yang mereka lakukan.

Keesokan harinya Abu Bakar pergi ke Masjid Nabi. Umar mengutarakan sebuah ceramah mengenai keutamaan Abu Bakar dan keterdahuluannya dalam memeluk islam dan khidmat pertolongan yang ia lakukan untuk agama dan menyebutkan kebersamaannya dengan rasulullah dari Mekah ke Madinah, dan meminta kepada masyarakat untuk membaiatnya. Dan masyarakat juga membaiatnya, kecuali sebagian dari Anshar dan keluarga-keluraga Nabi yang ada di majelis tersebut tidak berkenan membaiatnya dan Abu Bakar secara resmi menjadi khalifah. Dan karena pada khilafah Abu Bakar sebagian orang dari Muhajir dan Anshar telah berkumpul di Saqifah dan telah menentukan seorang khalifah dan orang-orang yang lainnya juga menerima dengan apa adanya, maka perbuatan semacam ini telah menjadi sebuah tradisi sunah.

Abu Bakar dalam majelis tersebut menyampaikan khutbahnya dan disela-sela khtbah tersebut berkata: "Aku yang kalian pilih untuk menjadi pemimpin kalian bukanlah orang yang terbaik di antara kalian, dan aku siap melepaskan tanggung jawab ini dari pundakku. Aku berpegang padaAlqurqndan Sunah Nabi dalam mengatur urusanku dan urusan kaum muslimin."[vi]

Badan Nabi saw tinggal di rumahAisyah. Keluarga-keluarga beliau berada di sekelilingnya; fikih Islam berkata: Dalam upacara memadikan dan mensholati mayat tidak boleh ditunda-tunda; ini cermin bagi setiap muslim. Pemakaman Nabi Islam memiliki tradisi tersendiri. Mengapa para pembesar terbengkalai dari keutamaan ini, mungkin takut terkena fitnah dan mereka ingin secepatnya memilih pemimpin umat, namun apakah formalitas semacam ini banyak menghabiskan banyak waktu?[vii]Dari zaman itu sampai sekarang sudah lewat hampir lebih dari 14 abad. Mereka yang berada dalam perkumpulan itu dan menempatkan kedudukan mereka sebagai wakil kaum muslimin apakah mereka melakukannya demi Islam ataukah mereka khawatir akan pecahnya persatuan kaum muslimin, kita tidak tahu. Yang penting hal itu sudah sampai di sisi Allah sebagai Tuhannya dan perhitungannya ada padaNya. Namun dari sejak hari itu telah muncul perpecahan di tengah komunitas kaum muslimin yang sama sekali tidak akan pernah bersatu.[viii]

Dari kelompok yang enggan berbaiat adalahSaad bin Ubadah, ketua kabilah Khazraj yang berbaiat kepada Abu Bakar, dan ia tidak pernah hadir sama sekali dalam shalat yang dia dirikan. Di masa-masa kekhilafahannya,Umaria pergi keSyamdan bermalam di suatu tempat bernama Hauran sebuah kota besar di bawah naunganDamaskus. Dipertengahan malam orang-orang melihatnya terkapar luka dikarenakan panah. Orang-orang berkata: Para jin telah membunuhnya kemudian orang-orang dalam pembunuhannya membuat sebuah syair: Kami telah membunuh penghulu KhazrajSaad bin Ubadahdengan dua anak panah yang menancap di hatinya dan dengan pernyataan legenda ini, pembunuhnya telah mereka bebaskan dari pembalasan.

Selain Saad, Ali as danBani Hasyimdan beberapa orang dari para sahabat juga hingga beberapa waktu enggan berbaiat kepadaAbu Bakar. Sebagian dari ahli sejarah menulis:Ali sampai 6 bulan dimanaFatimah samasih hidup setelah Nabi Muhammad saw wafat tidak menyatakan baiatnya kepada Abu Bakar, namun pandangan ini jauh dari perkiraan, sebab pertama jarak masa peristiwa wafatnya putri Rasul lebih pendek waktunya dari enam bulan, selain itu, kebaikanAli asuntuk umat Islam dan kekhawatirannya dari perpecahan kaum muslimin mencegahnya untuk memperlambat hal itu. Terlebih lagi para pemimpin kaum yang berkehendak secepatnya mengokohkan asas pemerintahan sudh pasti tidak akan membiarkan hal itu terus berlanjut.

Dengan demikian,Abbas,Zubairdan yang lainnya merasa bimbang untuk berbaiat kepada Abu Bakar, namun akhirnya mereka memastikan diri untuk berbaiat dan pemerintahanpun terlaksana dengan baik.[ix]

Keperibadian Nabi

Nama Baik

Nabi saw sebelum diutus, 40 tahun hidup ditengah-tengah masyarakat. Kehidupannya kosong dari kemunafikan, sifat-sifat yang kotor dan hal-hal yang tidak terpuji. Ia dikenal dan dianggap oleh orang lain sebagai seorang yang jujur dan dipercaya. Nabi kemudian ketika menyampaikan risalahnya, mereka tidak mendustakan kepribadiannya akan tetapi mereka mengingkari ayat-ayat yang dibawanya. Hal ini juga disinggung dalamAlquran:

فَإِنَّهُمْ لا يُكَذِّبُونَكَ وَ لكِنَّ الظَّالِمينَ بِآياتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ

"mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah." [x]

juga dinukil dari Abu Jahl yang berkata: Kami tidak mendustakanmu tetapi akan tetapi kami tidak menerima tanda-tanda yang yang kamu bawa.[xi]Nabi saw di permulaan risalahnya kepada Quraisy, kepada mereka berkata:

"Jika aku kabarkan bahwa di belakang gunung ini pasukan tengah berkumpul, apakah perkataanku ini akan kalian terima? Semua mengatakan: Ya, kami sama sekali tidak pernah mendengarmu berdusta." [xii]

Ketika itu Nabi mengatakan bahwa beliau telah diutus oleh Allah untuk memberi peringatkan kepada masyarakat.

Selain latar belakang yang baik, kabilah dan keluarganya dan juga sosok kepribadian Nabi saw bagi kalangan Arab memiliki peran penting pada kedudukan dan posisi Nabi. Kabilah Quraisy sejak tahun-tahun sebelumnya adalah sebuah kabilah yang sudah tersohor dan penting dikalngan Arab. Kepentingan ini telah menyebabkan banyak dari para kabilah yang menerimanya sebagai kabilah yang tak tertandingi sehingga pada batas-batas tertentu sebagian kabilah mengikutinya dalam berbagai urusan. Dari sisi lain, kakek buyut Nabi (Qushai bin Kilab, Hasyim dan Abdul Muththalib adalah sosok-sosok pribadi terkenal yang memiliki kemuliaan dan keagungan.

Komunitas semenanjung Arab pada waktu itu, adalah sebuah komunitas tertutup dan tidak memiliki hubungan kebudayaan tertentu dengan daerah-daerah lain. Kondisi semacam ini memunculkan semangat Arabisme secara kuat di dalam diri mereka dan hal ini menyebabkan mereka tidak dapat menerima orang lain karena mereka orang lain dan mereka hanya menerima apa yang datang dari diri mereka sendiri. Oleh karena ituAlquranmengisyaratkan hal ini dengan firmanNya:

" وَ لَوْ نَزَّلْناهُ عَلى‏ بَعْضِ الْأَعْجَمينَ * فَقَرَأَهُ عَلَيْهِمْ ما كانُوا بِهِ مُؤْمِنينَ "

"Dan kalau Al Qur'an itu Kami turunkan kepada salah seorang dari golongan bukan Arab. lalu ia membacakannya kepada mereka (orang-orang kafir Arab); niscaya mereka tidak akan beriman kepadanya."[xiii]

Sebagaimana penduduk Arab adalah pihak awal yang diajak bicara, maka jati diri Nabi saw sebagai orang Arab telah mengangkat lahan penerimaan pesan dan nasehatnya di kalangan Arab sendiri.Alquranjuga telah mengisyaratkan hal tersebut.[xiv]

Akhlak

Keistimewaan yang paling tinggi dan yang paling mencolok dari sosok pribadi Nabi saw adalah dimensi akhlak yang dia sandang.Alqurandalam hal ini mensifati:وَ إِنَّكَ لَعَلى‏ خُلُقٍ عَظيمٍ Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.[xv]

Dalam mensifati prilaku dan sifat-sifat Nabi saw mereka mengatakan: Dia kebanyakannya diam dan tidak berbicara kecuali seperlunya saja. Dan sama sekali jarang membuka mulutnya. Banyak tersenyum dan tidak pernah tertawa terbahak-bahak, ketika hendak menanggapi seseorang ia dengan seluruh tubuhnya berbalik. Dia senantiasa senang dengan kebersihan dan aroma yang harum, yang mana jika seseorang melewati sebuah tempat yang pernah didatanginya, seakan-akan merasakan kehadirannya di tempat tersebut karena aroma yang tertinggal masih terasa.

Dia hidup dalam kesederhanaan yang sempurna dan makan di atas lantai dan tidak pernah sombong. Dia makan tidak pernah sampai kenyang. Dan di sebagian besar waktu, khususnya ketika dia baru memasukiMadinah, dia mampu menahan rasa laparnya. Dengan ini semua, dia tidak hidup seperti para pendeta, dan dia berkata kepada dirinya sendiri bahwa dia akan memanfaatkan kenikmatan-kenikmatan dunia, dia juga sering berpuasa dan beribadah.

Prilakunya dengan sesama muslim bahkan dengan non muslim berlaku dengan cara yang bijaksana, penuh derma, penuh kasih dan pemaaf. Perjalanan hidup dan kehidupannya begitu merasuk terpadu ke dalam hati kaum muslimin sehingga sampai dinuklil ke pelosok-pelosok daerah dan hal tersebut sampai sekarang menjadi panutan dan tauladan bagi kita semua.[xvi]

Amirul Mukmini Ali asdalam mensifati gambaran Nabi saw mengatakan: "Siapa saja yang melihatnya sebelum mengenalnya, ia akan merasakan kewibawaannya. Dan siapa saja yang berinteraksi dengannya dan atau mengenalnya ia akan menyukainya.[xvii]

Nabi membagi pandangannya di tengah kaum muslimin dan melihat mereka dengan kadar yang sama.[xviii]Dia sama sekali tidak akan memberikan tangannya dan kemudian mengangkat tangannya kecuali pihak yang lainnya melepaskan tangannya terlebih dahulu.[xix]

Nabi saw dengan siapa saja berkomunikasi sesuai dengan kadar kapasitas akal orang yang diajak bicara.[xx]Pengampunan dan pemaafannya bagi orang yang telah menzaliminya begitu tersohor[xxi]sehingga Wahsyi (pembunuh pamannyaHamzah) dan Abu Sufyanmusuh utama Islam juga dimaafkan.

Zuhud

Nabi saw hidup dalam kezuhudan. Di sepanjang umurnya, dia tidak memiliki sesudut kamarpun untuk dirinya dan kamar-kamar yang sederhana terbuat dari tanah, yang ada di samping masjid itu khusus milik istri-istrinya. Atapnya terbuat dari batang kurma dan hordeng-hordeng yang terbuat dari bulu-bulu kambing atau bulu-bulu unta yang digantung untuk digunakan sebagai pengganti pintu. Kemudian dia juga mempunyai sebuah bantal yang ditaruh di bawah kepala yang di dalam kainnya penuh dengan daun-daun kurma. Kasur dari kulit, juga dipenuhi dengan daun-daun kurma yang mana sepanjang umur, dia tidur di atasnya. Selimutnya terbuat dari kain yang kasar yang membuat badan gatal dan dia juga memiliki kain selempang yang terbuat dari bulu unta. Padahal ketika itu, dia baru saja menyelesaikan perperangan Hunain yang ghanimah dari perang tersebut adalah empat ratus ribu unta, lebih dari empat puluh ribu domba, emas dan perak dengan kadar yang tidak sedikit, yang telah dia bagikan ke sana dan ke sini.

Makanannya dikirim dari rumah, perlengkapan serta baju yang dipakainya sangat zuhud. Apalagi lewat berbulan-bulan di rumahnya api tidak menyala untuk memasak, makanannya secara keseluruhan adalah kurma, dan roti yang terbuat dari tepung ju (seperti gandum). Dua hari berturut-turut dia tidak pernah makan dengan perut kenyang. Ia sehari dua kali tidak beranjak dari telapak meja dengan perut kenyang. Sering kali dia dan keluarganya malam-malam tidur dalam keadaan lapar. Suatu hari Fathimah membawa roti ju untuknya dan berkata: Aku membuat roti dan hatiku tidak puas jika aku tidak membawakannya untukmu. Makanlah itu dan lantas Nabi berkata: "Hanya makanan inilah yang ayahmu makan dari semenjak tiga hari yang lalu". Suatu ketika di perkebunan kurma salah satu dari sahabat Anshar sedang makan kurma, dia bersabda: "Sudah hari keempat aku tidak makan". Terkadang saking laparnya, dia meletakkan batu ke perut dan mengikatnya (sehingga rasa lapar dapat teratasi). Ketika dia wafat perisainya digadaikan dengan tiga puluh canting ju kepada seorang Yahudi.[xxii]

Berpenampilan Rapi dan Teratur

Nabi saw dalam kehidupannya sangat-sangat rapi teratur. Dia setelah membangun masjid, dia memberi nama untuk setiap tiang masjid supaya mudah diketahui dan di samping tiang-tiang ini banyak hal yang telah dilakukan; tiang wufud (tempat para komisi), tiang Tahajjud (tempat menghidupkan malam-malam) dan...[xxiii]saf-saf shalat begitu rapi dan teratur ia atur seakan-akan kayu-kayu panah yang teratur rapi tertata dan berkata: "Wahai hamba-hamba Allah, rapikanlah barisan saf kalian, karena jika tidak demikian, akan terjadi perbedaan di antara hati-hati kalian. Begitu juga benahi diri di dalam urusan kehidupan kalian".[xxiv]Dia membagi waktu-waktunya dengan tiga bagian; sebagian untuk beribadah kepada Tuhan, sebagian waktunya dikhususkan untuk diri dan keluarganya, dan sebagian yang lainnya untuk diri dan lingkungan masyarakatnya.[xxv]Nabi saw bercermin di depan kaca, merapikan rambut kepalanya dan menyisirnya, beliau berpenampilan bukan hanya untuk keluarganya namun untuk para sahabatnyapun beliau melakukan hal itu.[xxvi]Dalam mengadakan perjalananpun dia menjaga dan memperhatikan kebersihan dan kerapiannya, dan dia selalu membawa bersamanya lima hal; cermin, celak, sisir, sikat gigi dan gunting.[xxvii]

Keummian

Nabi dengan istilahAlquranadalah seorang yang ummi. Dan istilah ini biasanya digunakan untuk seseorang yang tidak mampu membaca dan menulis, Nabi tidak membaca dan tidak menulis. Alquran berkata: "Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Alquran) sesuatu Kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu" hal ini menunjukkan bahwa Nabi sebelum wahyu turun kepadanya, dia tidak membaca dan tidak menulis, dikelanjutan ayat tersebut Allah SWT berfirman: "...andai kata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu)."[xxviii]

Mutiara-mutiara hadis Rasulullah saw

· "Tidak dibenarkan seorang mukmin kenyang sementara tetangganya kelaparan."[xxix]

· "Tidak dibenarkan seorang mukmin bersembunyi dibalik darah seseorang yang mengalir."[xxx]

· "Tidak diterima iman tanpa amal dan amal tanpa iman."[xxxi]

· "Tiga hal yang jika seseorang tidak memilikinya maka pekerjaannya tidak akan terlaksana: ketaqwaan yang mencegahnya tuk berbuat maksiat, akhlaq yang bertoleransi dengan masyarakat dan keramahan yang dengannya dapat mencegah keringanan orang-orang yang berbuat ringan."[xxxii]

· "Merasa mudahlah dengan sesama sehingga mereka juga berbuat mudah kepadamu."[xxxiii]

· "Pahala orang yang berbuat baik dan bersilaturahmi dari kebaikan-kebaikan lainnya lebih cepat sampai dan pembalasan orang zalim dan orang yang memutus silaturahmi dari perbuatan buruk lainnya lebih cepat sampai."[xxxiv]

· "Malapetaka agama ada tiga hal: Kepintaran orang jahat, kepemimpinan orang zalim dan seorang mujtahud yang bodoh."[xxxv]

· "Talak adalah perbuatan halal yang paling dibenci Allah SWT." [xxxvi]

· "Bertemanlah dengan orang-orang fakir sesungguhnya di hari pembalasan mereka memiliki pemerintahan yang besar."[xxxvii]

· "Sebaik-baiknya makhluk di sisi Allah adalah seorang yang lebih baik akhlaknya."[xxxviii]

· "Makhluk yang paling dicintai Allah adalah seorang yang lebih berguna bagi hamba-hamba Allah."[xxxix]

· "Sebaik-baiknya orang di antara kalian adalah seorang yang lebih baik untuk istrinya."[xl]

Kedudukan Nabi dalam keyakinan Syiah

Menurut akidah dan keyakinan Syiah, Nabi Muhammad saw adalah seorang Nabi dan rasul. Karena ia adalah akhir kenabian, maka tidak akan ada lagi Nabi yang diutus setelahnya. Nabi Muhammad saw termasuk salah satu dari para Nabi Ulil Azmidan membawa ajaran syariat baru dari sisi Allah SWT untuk manusia. Nabi saw adalah orang pertama dari empat belas manusia suci. Ia bukan hanya terjaga dalam penerimaan wahyu tetapi dalam segala aspek kehidupannya terjaga dari dosa. Begitu juga telah dinukil bahwa Nabi saw memiliki beberapa mukzijat dan yang terpenting dari itu semua adalahAlquran.



[i] QS. Al-Baqarah/ 199.

[ii] Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 2, hlm. 255.

[iii] Nahjul Balāghah, terjemahan Sayid Ja'far Syahedi, Khotbah 202, hlm. 237.

[iv] Syahidi, Tārikh Tahlile Islām, hlm. 106.

[v] Ibid, hlm. 106-107.

[vi] Ibid, hlm. 107.

[vii] Ibid, hlm. 108.

[viii] Ibid, hlm. 109.

[ix] Ibid, hlm. 109-110.

[x] QS. Al-An'ām, 33.

[xi] Majma'u al-Bayān, jld. 3, hlm. 294.

[xii] Ibnu Hisyam, Sirah, jld. 1.

[xiii] QS, As-Syu'ara, 198; juga QS, Fussilat , 44.

[xiv] QS.Al-Taubah, 128; QS, Ali Imran, 164.

[xv] QS. Al-Qalam: 4.

[xvi] Maqālah "Islām" dar "Dāirah al-Ma'ārif Buzurgh Islami".

[xvii] Al-Syifa' bi Ta'rfi Huquqi al-Mushtafa, jld. 1, hlm. 150; al-Ma'rifah wa al-Tārikh, jld. 2, hlm. 283; al-Mushannaf l Ibni Abi Syaibah, jld. 11, hlm. 512.

[xviii] Bihār al-Anwār, jld. 16, hlm. 260; al-Mizān fi Tafsir al-Qur'ān, jld. 6, hlm. 332.

[xix] Bihār al-Anwār, jld. 16, hlm. 237; al-Bidāyah wa al-Nihāyah, jld. 6, hlm. 39.

[xx] Bihār al-Anwār, jld. 16, hlm. 287.

[xxi] Hayāt al-Shahābah, jld. 2, hlm. 526.

[xxii] Payandeh, Nahj al-Fashāhah, hlm. 35-36.

[xxiii] Delsyad Tehrani, Sirah Nabawi "Mantiq Amali", jld. 3, hlm. 352.

[xxiv] Neisyāburi, Shahih Muslim, jld. 2, hlm. 31; Baihaqi, Sunan al-Kubrā, jld. 2, hlm. 21.

[xxv] Ibnu Sa'ad, Thabaqāt al-Kubrā, jld. 1, hlm. 423; Tsa'labi, Jawāhr al-hasan f Tafsr al-Qurān, jld. 4, hlm. 306.

[xxvi] Thabarsi, Makārim Akhlāk, Qum, Syarif Radhi, cet. 6, 1392, hlm. 34-35.

[xxvii] Halabi, Sirah al-Halabiah, Beirut, Dar al-Ma'rifah, 1400, jld. 3, hlm. 352.

[xxviii] QS. Al-‘Ankabut: 48.

[xxix] "لایشبع المؤمن دون جاره", Poyandeh, Nahju al-Fashohah hlm. 683, no. 2545.

[xxx] "لایفتک مؤمن", Ibid, hlm. 683, no. 2550.

[xxxi] Ibid, hlm. 684, no. 2553.

[xxxii] Ibid, hlm. 683, no. 1288.

[xxxiii] "اسمح یسمح لک", Ibid, hlm. 211, no. 293.

[xxxiv] Poyandeh, Nahju al-Fashahah, hlm. 211, no. 291.

[xxxv] "آفة الدین ثلاثة: فقیه فاجر و امام جائر و مجتهد جاهل", Ibid, hlm. 156, no. 4.

[xxxvi] "ابغض الحلال الی الله الطلاق", Ibid, hlm. 157, no. 16.

[xxxvii] Poyandeh, Ibid, hlm. 160, no. 29.

[xxxviii] Ibid, hlm. 169, no. 84.

[xxxix] Ibid, hlm. 163, no. 86.

[xl] "خیارکم خیارکم لنسائهم", Poyandeh, Ibid, hlm. 465, no. 1477.


komentar Pemirsa
Nama:
Email:
* Pendapat: